Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, December 25, 2007

5 syarat keluarga Sakinah
masyarakat adalah cerminan kondisi keleuarga, jika keluarga sehat berarti masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga bahagia. Ada 5 faktor untuk membentuk keluarga sakinah diantaranya sebagai berikut.

1. Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.

4. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi.

5. Menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, December 18, 2007

Kedaulatan Politik
Belum lama ini penulis diundang seminar dan kuliah umum di tiga perguruan tinggi kota Trengganu Malaysia. Ada pemandangan menarik di sana,yaitu banyaknya tulisan besar terpampang di depan gedung-gedung kantor pemerintahan yang berbunyi DAULAT TUANKU. Pada tradisi kerajaan, kalimat daulat tuanku merupakan kalimat kesiapan untuk menjalankan titah raja sehingga kalimat itu pasti diucapkan pada awal kalimat seorang pejabat atau seorang menteri ketika melapor kepada raja atau ketika menyatakan kesiapan menjalankan perintah raja, seperti tradisi di TNI mengucapkan kalimat siap. Pada era modern sekarang, tulisan besar Daulat Tuanku di Malaysia merupakan peneguhan system politik bahwa kedaulatan politikdi Malaysia itu ada di tangan para sultan. Malaysia memang Negara kerajaan konstitusional (seperti Inggris dan Belanda) yakni gabungan dari beberapa kesultanan dan secara bergiliran seorang Sultan dipilih menjadi Yang Dipertuan Agong. Sedangkan pemerintahan sehari-hari dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dipilih melalui proses demokrasi.

Kedaulatan berasal dari bahasa Arab daulah yang artinya kekuasaan atau giliran berkuasa. Kata Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiah dalam sejarah digunakan untuk menyebut kekuasaan dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiah. Sekarang kata daulah –duwal digunakan untuk menyebut Negara.

Tiga Kedaulatan

Berbicara tentang kedaulatan sebagai system kekuasaan sesungguhnya ada tiga wilayah kekuasaan; Kedaulatan Rakyat, Kedaulatan Hukum dan Kedaulatan Tuhan. Jika disebut kedaulatan rakyat maka artinya rakyat memegang kekuasaan Negara, diwujudkan melalui pemilihan umum dimana rakyat memilih wakil-wakilya untuk duduk di lembaga tertinggi Negara (di Indonesia Majlis Permusyawaratan rakyat atau MPR) dan lembaga tertinggi itu pada era sebelum reformasi memilih Presiden untuk menjalankan kekuasaan rakyat. Selanjutnya Presiden disebut pemegang mandataris MPR. Kini kedaulatan rakyat tidak lagi diberikan kepada MPR tetapi langsung diberikan kepada presiden melalui pilpres langsung dan kepada gubernur bupati melalui pilkada langsung. Nuansa pemberian kedaulatan langsung ini bisa positip bisa negatip. Positipnya, pilihan langsung menghilangkan manipulasi yang selama ini berlangsung melalui praktek dagang sapi, negatipnya sering terjadi perilaku anarkis kelompok yang mengatas namakan rakyat. Ide penunjukan gubernur tanpa lewat pilkada dari Pak Muladi (Lemhanas) difahami sebagai upaya mengurangi ekses kedaulatan rakyat langsung yang bisa melemahkan otoritas Pemerintah, toh Presidennya sudah dipilih langsung. Eksekusi kedaulatan rakyat langsung memang meriah, tetapi sesungguhnya biayanya terlalu mahal,menghabiskan energi masyarakat. Memang masyarakat Indonesia itu sangat beragam, ada lapisan masyarakat ultra modern, modern, urban, tradisionil dan terbelakang. Bagi masyarakat ultra modern, kebebasan rakyat sudah sangat membosankan, tetapi bagi lapisan urban,mereka justeru sedang asyik-asyiknya menikmati kedaulatan rakyat melalui kebebasan memilih.

Sedangkan kedaulatan hokum dianut karena Indonesia adalah Negara hokum. Kedaulatan hokum bermakna bahwa hukumlah yang harus menjadi panglima sehingga hokum tidak boleh diatur oleh kepentingan politik, hokum yang harus mengatur politik, tidak sebaliknya politik mengatur hokum. Dalam bidang ini kita harus mengakui betapa lemahnya kedaulatan hokum di negeri kita, karena seringkali hokum bukan saja diatur oleh politik,tetapi bahkan oleh tangan-tangan kotor koruptor. Di Indonesia kini banyakhalbaru yang menarik. DPR membuat Undang-undang, Pemerintah menjalankan Undang-Undang. Mahkamah Konstitusi mengawasi Undang-Undang itu sendiri. Jika Pemerintah diawasi oleh DPR dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan politik, Pemerintah dan DPR diawasi oleh aparat hokum sebagai penegak hokum. Semua lembaga tinggi negara ada yang mengontrol, nah Mahkamah Konstitusi yang keputusannya mengikat justeru tidak ada yang mengontrol kecuali dirinya sendiri Dalam perspektip ini Mahkamah Konstitusi seperti memegang kedaulatan Tuhan.

Kedaulatan Tuhan dalam Politik

Secara teologis manusia bisa memegang kedaulatan Tuhan karena manusia adalah khalifah (wakil)Nya. Manusia sebagai khalifah bukan saja diberi hak untuk mengelola alam ini, tetapi juga berhak menegakkan hokum Tuhan di muka bumi,misalnya menghukum mati pembunuh..Tetapi bagaimana menegakkan kedaulatan Tuhan dalam kehidupan bermasrakat, tiap bangsa dan tiaplapisan masyarakat memiliki cara berfikir yang berbeda-beda. Yang pertama-tama mengklaim sebagai pemegang otoritas Tuhan dalam Negara adalah “Kepala Negara” Vatikan, yakni Paus.. Di kalangan Katolik ada keyakinan bahwa pangkat kepausan itu berasal dari Tuhan, oleh karena itu kaisar-kaisarpun harus dimahkotai oleh Paus. Menurut Paus Innocent III (1198-1216) Paus kurang besar dari Allah tetapi lebih tinggi dari manusia. Klaim ini tidak serta merta diterima karena mythos Rumawi juga menyatakan bahwa Kaisar adalah penguasa dunia dan “Putera Tuhan”. Konflik dua otoritas Tuhan ini mewarnai sejarah politik Eropa, terkadang Paus bisa mengendalikan kaisar, terkadang Kaisar bisa memainkan bola politik Paus. Raja Hendrik IV (Jerman) malah berani menyerang Roma,membuang Paus dan mengangkat Paus baru. Ketika Paus Urbanus VI didukung Jerman dan Inggris, Perancis mengangkat Paus sendiri yang berkedudukan di Avignon. Raja Henry VIII (inggris) malah berani memisahkan diri dari Roma mendirikan Gereja Anglikan dimana Raja adalah kepala Gereja. Konsili Pisa (1409) menambah ruwet karena melahirkan tiga orang menduduki tahta kepausan secara bersamaan. Kini Negara Vatikan menjadi sangat unik, wilayah negaranya sangat kecil di tengah kota Roma ibu kota Italy, tetapi wilayah politiknya sangat luas. Hubungannya dengan para “kaisar” pada era globalisasi juga sangat unik, saling memanfaatkan.

Dalam sejarah Islam, kedaulatan Tuhan juga diklaim oleh para sultan, terutama para sultan yang repressip. Teologi yang dikembangkan juga teologi Jabariah (predestination) yang memandang kehadiran sultan sebagai kehendak Tuhan, oleh karena itu faham yang dikembangkan adalah bahwa sultan adalah bayang-bayang tuhan di muka bumi (dzillulloh fil ardh). Sultan-Sultan atau raja-raja di Jawa juga berada dalam nuansa ini,oleh karena itu kata-kata raja dianggap sebagai kata-kata tuhan, apapun harus berlaku, tidak bisa dicabut, sabda pendito ratu. Di Iran pasca Syah Reza Pahlevi, aplikasi kedaulatan Tuhan dalam politik diatur secara lebih konseptual dalam apa yang disebut wilayat al faqih, yakni bahwa kekuasaan politik tertinggi ada pada Ayatullah al `Uzma. Demokrasi boleh berjalan tetapi kesemuanya bisa diveto oleh Ayatullah al`Uzma sebagai pemegang kedaulatan Tuhan.

Kedaulatan Tuhan dalam Partai Politik di Indonesia

Tanpa disadari ternyata teologi politik Syi`ah dianut oleh partai-partai politk Indonesia, terutama partai-partai Islam. Yang pertama menjalankan system ini adalah NU, baik sekarang ketika menjadi ormas maupun dulu ketika masih sebagai Partai Politik. Di dalam NU, kekuasaan tertinggi dipegang oleh Rais `Am Syuri`ah. Rais`Am bisa menveto semua keputusan lembaga dibawahnya. Karena lembaga Syuriyah ini dipersepsi lebih dekat vertikalnya ke kedaulatan Tuhan, maka dasar keputusannya melalui prosedur salat istikharah,yakni mohon Tuhan sendiri yang memilihkan keputusan yang terbaik. Sudah barang tentu, seperti juga yang berlangsung di kepausan atau wilayatul faqih Iran, efektifitas ini sangat bergantung kepada kewibawaan pribadi rais `am. Ketika pengurus tanfidziyahnya lebih “cerdas” atau “nakal” maka otoritas syuriyah ternyata bisa digoyang. Pola NU juga menurun ke PKB. Di PKB, ketua Dewan Syuro adalah pemegang kedaulatan politik tertinggi.Maka Matori Abdul jalil, Alwi Syihab dan sekarang Muhaimin Iskandar nggak bisa tidak harus pandai-pandai menempatkan diri dibawah bayang-bayang kedaulatan tuhan yang dipegang oleh ketua Dewan Syuro, yang sekarang dipegang oleh Gus Dur. Jika tidak maka ia bisa kualat. PKS ternyata juga memakai system ini. Kedaulatan politik tertinggi PKS dipegang oleh Majlis Syuro, oleh karena itu persaingan politik intern PKS tidak heboh, karena semangat yang dikembangkan adalah sami`na wa atho`na (kepatuhan) kepada Majlis Syuro. Partai Bulan Bintang dan Bintang Bulan (PBB) juga memakai struktur ini, meski kewibawaan Majlis Syuronya tidak terlalu disakraalkan. Golkar pada zaman orde Baru sesungguhnya juga menjalankan konsep ini, karena kedaulatan politik tertinggi Golkar tetap dipegang oleh Ketua Dewan Pembinanya yaitu Pak Harto. Oleh karena itu berbeda dengan Partai Golkar sekarang, Golkar pada masa PakHarto sangat solid. Partai Demokrat juga mengenal institusi Dewan Pembina. Tetapi dalam AD ART nya Dewan Pembina tidak disebut memiliki otoritas setingkat kedaulatan tuhan, dibatasi hanya mengarahkan perjuangan, memberikan pembinaan dan menerima laporan. Meski demikian, Ketua Dewan Pembina yang sekarang dijabat oleh Presiden SBY sangat efektip dalam memelihara soliditas partai.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, December 11, 2007

Jalan Pilihan
Ungkapan yang berbunyi Seribu jalan Menuju Ke Roma mengandung arti bahwa sesungguhnya jalan menuju sukses itu tidak hanya satu, tetapi banyak, bergantung pada perhitungan dan metode yang dipilih. Ungkapan semakna sudah termaktub dalam al Qur’an, bahwa jalan menuju keselamatan tidak hanya satu, tetapi banyak; Subul as Salam, bukan sabil as asalam. Banyaknya pilihan jalan itu sesuai dengan karakteristik manusia yang memiliki keunikan. Manusia sebagai makhluk yang unik maknanya ialah bahwa tiap orang adalah dirinya, berbeda dengan yang lain, berbeda potensi, berbeda kapasitas, berbeda kecenderungan, yang seterusnya pada tngkat terapan menjadi berbeda cara memandang dan berbeda pilihan keputusan. Jika manusia dalam berkarya terbatas kemampuannya untuk membuat keragaman, maka keragaman manusia justeru tidak terbatas karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang pengetahuan dan kekuasaan Nya tak terbatas.

Kebebasan Memilih Jalan
Dalam bahasa Arab, memilih disebut dengan kata khiyar, berhubungan dengan kata ikhtiyar (usaha) , khoir (kebajikan), dan al mukhtar (orang pilihan). Dalam perspektip ini terkandung arti bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi hendaknya pilihan itu merupakan bagian dari usahanya ( ikhtiyar) menggapai kebaikan (khoir), oleh karena itu jika seseorang disebut sebagai orang pilihan (al mukhtar) maka konotasinya adalah orang-orang terbaik. Setiap manusia pasti ingin memiliki anak cucu atau keturunan yang berkualitas, dan biasanya anak berkualitas lahir dari orang tua yang berkualitas juga. Nabi menganjurkan agar keinginan itu dicapai melalui pengambilan keputusan memilih pasangan yang berkualitas; takhoyyaru linuthofikum fa inna al `iroqo dassas, pilihlah “bibit” yang baik untuk anak-cucumu, karena (kualitas) genetika itu menurun.

Instrumen Untuk Memilih
Manusia adalah jejak (tajalli) dari kebesaran Tuhan Sang Pencipta, oleh karena itu ketika manusia diberi otoritas untuk memilih jalan, Tuhan juga memberi perangkat psikologis yang bisa bekerja memberikan dasar-dasar pilihan agar pilihan yang ditentukan terukur pertanggungjawabannya sesuai dengan martabat manusia sebagai khalifatullah. Tuhan memang benar-benar memberikan kebebasan kepada manusia, bahkan bebas untuk beriman atau untuk kafir; faman syaa falyu’min faman syaa falyakfur, tetapi instrumen psikologis yang diberikan Tuhan kepada manusia memberi bobot bahwa sebuah pilihan berimplikasi kepada reward yang bisa dinikmati atau punishment yang harus dianggung sendiri. Instrumen psikologis itulah yang disebut jiwa yang bekerja dengan system, disebut system nafsani dengan subsistem akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu.

• Akal adalah problem solving capacity, bisa menemukan kebenaran tetapi tidak menentukannya, kerjanya berfikir (horizontal) dan tafakkur (vertical)

• Hati adalah alat untuk memahami realita. Hal-hal yang tidak masuk akal bisa difahami oleh hati. Hati mempunyai muatan yang sangat banyak, seperti cinta, benci, keberanian, ketakutan, marah, kebaikan, kemunafikan dan sebagaianya. Hati terkadang longgar terkadang sempit, terkadang terang terkadang gelap. Terkadang tenang terkadang gelisah. Karakter hati tidak konsisten.

• Hati Nurani merupkan God Spot, dari kata nur (cahaya) adalah cahaya ketuhanan yang ditempatkan di dalam hati (nurun yaqdzifuhulloh fi al qalb). Oleh karena itu hati nurani tidak bisa diajak kompromi dengan kebohongan, hati nurani jujur dan konsisten. Hanya saja cahaya tidak selamanya memancar. Ketika lampu pijar ditutup dengan kain tebal maka cahanya tidak keluar. Demikian juga nurani terkadang redup terkadang mati. Nurani redup tertutup oleh keserakahan, dan nurani mati tertutup oleh perbuatan maksiat. Orang yang nuraninya mati seperti orang yang berjalan di kegelapan (dzulumat), maka ia tidak bisa membedakan mana yang putih dan mana yang hitam, ia sering keliru menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, melakukan sesuatu yang tidak semestinya, disebut zalim.

• Syahwat adalah dorongan kepada apa-apa yang diingini, misalnya dorongan kepada lawan jenis, ingin kaya, suka perhiasan bagus, kebun, ternak, kendaraan, pangkat tinggi dan sebagainya. Syahwat bersifat netral dan manusiawi

• Hawa nafsu adalah dorongan kepada syahwat yang sifatnya rendah. Wataknya ingin segera menikmati tanpa mempedulikan akibat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

• Dalam system kejiwaan, hati memimpin kerja jiwa, oleh karena itu hanya perbuatan yang disadari oleh hati yang berimplikasi kepada dosa dan pahala, berimplikasi kepada nilai salah dan benar.

Menejemen Hati (Qalbu)
Jika orang melibatkan perangkat kejiwaan itu secara proporsional; masalah disikapi secara rational, tetapi juga bisa menenggang perasaan, selalu bertanya kepada nurani, menunaikan syahwat sekedar yang dibutuhkan dan menekan dorongan hawa nafsu, maka orang seperti itu biasanya bisa hidup tenang dan harmonis dengan lingkungan serta akrab dengan diri sendiri, karena ia memilih jalan yang seimbang, the Balances Ways seperti judul buku yang sedang and abaca. Selanjutnya implikasi dari ketidak seimbangan pilihan jalan adalah sebagai berikut;

1. Jika orang lebih dipengaruhi oleh akalnya, maka hidupnya rationil tetapi sering kering. Ia bisa kebingungan jika berhadapan dengan realita yang tidak rationil.

2. Jika seseorang lebih dikendalikan oleh hatinya maka ia cenderung perasa, tetapi dinamis bergantung kepada moodnya

3. Jika orang menaati kata hati nuraninya, pilihan dan langkahnya dijamin tepat

4. Jika orang memanjakan syahwatnya maka ia bisa terjerumus pada pola hidup mewah dan selera yang hedonistik

5. Jika orang selalu menuruti hawa nafsunya maka ia pasti sesat dan hidupnya destruktip, terhadap dirinya maupun orang lain.

Mengelola Kecerdasan
Lazimnya, orang cerdas jalan pilihannya tepat dan hidupnya sukses, cita-citanya tercapai. Kenyataan menunjukkan fakta yang berbeda. Syair dalam kitab kuning berunyi; kam `alimin `alimin dliqat masalikuhu- kam jahilin jahilin wallohh marzuqa, artinya; betapa banyak orang pandai yang sempit jalan rizqinya, dan betapa banyak orang bodoh yang demi Allah banyak rezekinya.

1. Kecerdasan membuat orang segera mengetahui “kebenaran” dari obyek yang sedang dihadapi, yang oleh karena itu ia dapat cepat memutuskan untuk mengambil langkah yang tepat.. Ada beberapa jenis kebenaran, masing-masing ada logikanya; kebenaran matematis, kebenaran logis, kebenaran filosofis, kebenaran social dan kebenaran sufistik

2. Oleh karena itu kecerdasan orang juga tidak sama, ada yang cerdas menyangkut angka, cerdas menyangkut waktu, cerdas menyangkut ruang. Orang yang sopan dalam pergaulan masuk kategori orang yang memiliki kecerdasan menyangkut ruang dan waktu. Koruptor adalah orang yang cerdas dalam hal angka tetapi tidak cerdas dalam hal ruang dan waktu

Kecerdasan IESQ
Dulu orang hanya mengenal kecerdasan intelektual, tetapi sekarang sudah diperkenalkan dua kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dalam psikologi, kecerdasan dibahas lebih rinci lagi sehingga ada kecerdasan menyangkut angka, musik, ruang, waktu dan sebagainya.

1. Kecerdasan Intelektual dapat dilihat dari kemampuan seseorang memandang masalah secara ilmiah, menerangkan masalah secara logis dan menyusun rumusan problem solving berdasarkan teori. Hanya saja orang yang hanya cerdas secara intelektual terkadang tersesat kepada logika yang tidak relevan dengan problem solving itu sendiri. Ia puas dengan analisanya yang masuk akal dan bangga dengan kesetiaannya kepada kaidah keilmuan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang IQ nya sangat tinggi jarang sukses memimpin sebuah institusi, sebaliknya kebanyakkan mereka justru bekerja pada institusi yang dipimpin oleh orang yang justru IQ nya sedang-sedang saja.

2. Kecerdasan Emosional (EQ) ditandai dengan kemampuan seseorang mengendalikan diri dalam menghadapi keadaan yang sulit. Dengan pengendalian diri yang kuat, ia bisa dengan tenang melihat permasalahan dan dengan tenang memperhitungkan dampak dari suatu keputusan atau suatu tindakan. Perhatian orang yang cerdas secara emosi bukan pada kaidah ilmu atau kaidah logika tetapi pada bagaimana problem solving dapat dijalankan, oleh karena itu ia bukan hanya berpikir logis tetapi juga berpikir arif dan bijak. Ia bukan hanya mengenali siapa dirinya, tetapi ia juga bekerja keras mengenali orang lain yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Baginya bukan kemenangan yang menjadi target, tetapi keberhasilan. Banyak orang yang menang diawal tapi gagal di belakang, sebaliknya orang yang cerdas secara emosi tak mengapa mengalah di depan demi untuk kemenangan yang sesungguhnya dibelakang nanti.

3. Kecerdasan Spiritual (SQ) ditandai dengan kemampuan seseorang memandang masalah secara batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Jika pandangan mata kepala terhalang sekat ruang dan waktu. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual bukan saja bisa melihat hal-hal dibalik ruang tetapi juga bisa berkomunikasi dengan siapa saja di masa lalu dan yang akan bermain di masa depan. Jika ciri utama orang yang memiliki kecerdasan emosional itu mampu berinteraksi secara hamonis dengan keadaan atau problem hari ini, maka cirri orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah memiliki visi jauh ke depan, melampaui zamannya. Jika ramalan masa depan dari dukun biasanya tanpa analisa kecuali analisa mistis maka ramalan masa depan (visi) orang yang memiliki kecerdasan spiritual bisa dipaparkan secara terbuka dan ilmiah.


The Balances Ways; Mapp to Rich
Buku yang sedang berada di tangan anda yang diberi judul The Balances Ways; Mapp to Rich tulisan sdr Kana Suryadilaga adalah jenis kiat hidup dengan menggunakan instrument psikologis dan meminij kecerdasan secara tepat sehingga ibarat orang mengarungi samudera, kemudi selalu terkuasai pada medan kehidupan yang selalu berubah. Resep hidup tidak mesti datang dari orang pintar, tapi yang pasti resep hidup orang berpengalaman lebih mudah difahami dan diikuti. Sdr Kana, mesti masih muda, tetapi pengalaman mengarungi kehidupan yang keras di ibu kota yang diimbangi dengan semangat belajar yang tak kenal henti membuatnya mampu menulis penghayatan kehidupan yang dilaluinya dan dirumuskan sebagai kiat hidup sukses. Insya Alloh buku ini bermanfaat bagi setiap pembacanya. Wallohu a`lamu bissawab.

Read More
posted by : Mubarok institute
Nurani Politik
Diantara partai politik baru yang akan ikut berlaga pada pemilu 2009 nanti adalah partai HANURA, Partai Hati Nurani Rakyat. Pak Wiranto sebagai pendiri dan Ketua umumnya juga sudah pasang iklan politik yang mengusung nurani. Benarkah ada nurani dalam politik ?

Nurani berasal dari bahasa Arab Nur, yang artinya cahaya, nuraniyyun, sesuatu yang bersifat cahaya. cahaya apa ? Menurut perspektip Psikologi Islam, perangkat kejiwaan manusia itu terdiri dari akal, hati,nurani, syahwat dan hawa nafsu. Akal merupakan problem solving capacity yang kerjanya berfikir, hati merupakan alat untuk memahami realita, nurani merupakan pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Syahwat merupakan penggerak tingkah laku atau motif dan hawa nafsu merupakan kekuatan destruktip yang menguji kemampuan jiwa. Sebagai system, kelima subsistem tersebut dipimpin oleh hati, oleh karena itu jika orang hatinya baik maka perilakunya juga baik,jika hatinya busuk maka perilakunya juga busuk.

Teori Pancaran
Konsep nurani berasal dari teori isyraqy atau teori pancaran yang menyatakan bahwa Tuhan adalah cahaya (Allohu nur assamawati wa alardh). Seperti matahari yang selalu memancarkan cahayanya, ia meninggalkan jejak cahayanya di bumi berupa kehidupan,kehangatan atau panas dan terang. Di malam hari, panas dan cahaya matahari itu berusaha kembali ke cahaya asal meninggalkan bumi dalam keadaan gelap dan dingin. Nah Tuhan memancarkan cahaya Nya, dan diantara jejak cahaya Tuhan adalah manusia, oleh karena itu didalam diri manusia ada cahaya ketuhanan, disebut bashirah (pandangan batin) atau nurani (sesuatu yang bersifat cahaya). Dan nurani memiliki kerinduan untuk selalu kembali kepada Tuhan sebagai cahaya asalnya. Berbeda dengan hati yang wataknya tidak konsisten; terkadang benci dilain waktu cinta, terkadang sadar dilain waktu lupa, terkadang tenang dilain waktu bergejolak, nurani yang merupakan cahaya ketuhanan bersifat konsisten, tidak mau kompromi dengan kebohongan dan kejahatan. Betapapun orang menang di pengadilan dengan cara menyuap hakim,nuraninya tetap jujur mengatakan bahwa ia lah yang bersalah. Nurani tetap konsisten dengan kejujuran. Hanya saja sebagaimana cahaya terkadang buram dan gelap, nurani manusia juga terkadang buram,gelap atau bahkan mati, yakni ketika ia tertutup. Jika nurani mati maka orangnya seperti berada di tempat gelap (dzulm) sehingga perilakunya juga seperti perilaku orang dalam kegelapan, salah tempat,salah ambil, salah persepsi, salah naroh dan salah langkah. Dari kata dzulm itu maka orang yang nuraninya tertutup atau mati disebut orang dzalim, yakni orang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Cahaya nurani tertutup oleh dua hal ; keserakahan/ambisi dan perbuatan dosa. Orang yang serakah pasti nuraninya tak berfungsi, sudah jabatannya tertinggi,gajinya paling banyak,jatah orang miskin pun masih disikat juga.. Demikian juga orang yang ambisius, segala macam cara ditempuh untuk menggapai ambisinya, tak peduli benar atau salah, tak peduli merugikan Negara dan bangsa..

Karakter Politik
Jika politik difahami sebagai kekuasaan,maka watak politik adalah korup. Korupsi adalah memanipulasi angka dan fakta untuk kepentingan sendiri. Jika dihubungkan dengan typologi kejiwaan, maka politisi yang lebih dipengaruhi oleh akalnya cenderung rasionil meski terkadang kering, politisi yang lebih dipengaruhi oleh hati maka cenderung hati-hati, politisi yang lebih dipengaruhi oleh syahwat cenderung mudah terdorong ke ambisi, politisi yang lebih dipengaruhi oleh hawa nafsu cenderung destruktip dan jahat,nah orang berpolitik karena panggilan nurani cenderung kepada keinginan memberi dibanding keinginan menerima.

Syahwat Politik
Syahwat adalah kecenderungan kepada apa-apa yang diingini. Syahwat politik adalah kecenderungan orang untuk menguasai orang lain, fikirannya , seleranya bahkan kemauannya,sehingga syahwat politik mendorong orang untuk bisa menjadi orang nomor satu; ketua, direktur, lurah bahkan presiden,agar ia dapat menguasai dan mengatur orang lain. Sesungguhnya syahwat itu manusiawi, netral dan tidak mesti jelek. Jika orang menggapai syahwat dengan mengikuti prosedur dan mematuhi hokum (hokum Tuhan,hokum Negara dan hokum etika) serta jujur maka aktualisasi syahwat itu sah dan bahkan bisa bernilai ibadah. Akan tetapi karena politik itu cenderung korup maka syahwat politik pada umumnya mendorong kepada ambisi, sementara ambisi menutup nurani . Oleh karena itu mengusung nurani dalam gerakan atau manuver politik cenderung kepada manipulasi , tidak jujur dalam menilai, tidak jujur dalam mengkritik, dan lupa introspeksi. Ketika seorang ketua partai oposisi dalam persaingan politik menyebut Presiden yang sedang berkunjung ke daerah sebagai tebar pesona, pasti itu bukan suara hati nurani, tetapi syahwat p;olitik. Karena syahwat maka tak disadari ia lupa kritiknya lalu melakukan hal yang sama, tebar pesona juga . Bergitupun ketika masa kepresidenan baru setengah jalan tetapi sudah banyak orang yang mendeklarasikan dirinya untuk menjadi presiden mendatang,pasti itu bukan suara hati nurani, tetapi syahwat politik, karena karakter syahwat memang tidak sabaran.

Adakah Pemimpin Yang Bernurani ?
Sudah barang tentu ada. Ciri pemimpin yang digerakkan oleh nurani politik adalah tampil karena panggilan,bukan karena berhitung. Dalam suasana yang tak berpengharapan, maju kena mundur kena, bangsa berada ditubir kehancuran, pemimpin konvensional sibuk berhitung posisi berebut kamar padahal “kapal” nyaris tenggelam, nah… dalam keadaan seperti itu biasanya muncul seorang pemimpin yang terpanggil nuraninya untuk menyelamatkan keadaan. Ia siap memberikan apapun yang dimiliki tanpa berhitung untung rugi. Fikiran dan hatinya bersih suci dari kepentingan-kepentingan subyektip. Ia tampil bukan karena ingin berkuasa tetapi ingin menyumbangkan potensi dirinya bagi keselamatan bangsa, dan ia bahkan dengan senang hati siap menyerahkan kepemimpinannya itu kepada orang lain yang dinilai lebih tepat. Nurani yang diiklankan pasti bukan nurani. Jika benda-benda konsumtip diiklankan berulang-ulang akan menarik perhatian konsumen meski benda itu sesungguhnya tidak terlalu bermutu, mengiklankan nurani yang bermutu secara berulang-ulang dalam waktu lama justeru membuat nurani itu terasa hambar di telinga konsumen.

Read More
posted by : Mubarok institute
Logika Terbalik
Kerja keras belum tentu produktip, lihat tukang becak , sungguh ia sudah kerja keras mengayuh becaknya hingga ngos-ngosan keringatan, tetapi hasilnya ternyata tidak memadai. Kerja cerdas lebih produktip, tidak terlalu keringatan tetapi hasilnya bisa jauh lebih banyak. Tetapi banyak juga orang yang sudah kerja cerdas, sudah menghasilkan begitu banyak, segala yang dibutuhkan sudah tersedia, ternyata hidupnya tidak tenang, gelisah dan ujung-ujungnya lari ke narkoba atau mendekam di penjara. Nah ada jenis kerja lain,yaitu kerja ikhlas. Dapat banyak alhamdulillah, dapat sedikit alhamdulillah, belum dapat, sabar dan berusaha lagi. Seberapapun yang diperoleh dari kerja keras, cerdas dan ikhlasnya, ia bisa menerimanya dengan senang hati, karena ia menyadari bahwa wilayah manusia itu hanya berikhtiar, hanya berusaha, sedangkan hasil, disitu ada tangan Tuhan. Ada orang sudah dapat banyak masih kurang dan hatinya gelisah, makan tak enak tidur tak nyenyak, dimusuhi orang banyak. . Yang lain dapatnya sedikit tetapi ia merasa cukup bahkan masih bisa memberi. Dengan tenang ia menikmati hasil jerih payahnya, damai, harmoni dengan lingkungan dan bahkan dihormati orang lain.

Matematika Bumi vs Matematika Langit.
Menurut hitungan matematis,orang yang punya uang sepuluh juta rupiah kemudian diambil lima juta untuk membantu biaya sekolah anak-anak yatim maka uangnya yang tersisa hanya tinggal lima juta rupiah Jika orang itu kemudian mempunyai pola perilaku tetap yaitu selalu memberikan separoh hasil usahanya untuk membantu orang lain yang kesulitan,maka menurut hitungan matematis ia pasti lambat kayanya dibanding jika ia tidak suka memberi. Jika ia menjadi kaya 10 tahun kemudian,maka logikanya jika tidak suka memberi, ia sudah bisa menjadi orang kaya lima tahun lebih cepat. Tetapi realitas kehidupan sering berbicara lain. Orang yang suka memberi justeru lebih cepat kaya sementara orang yang kikir usahanya sering tersendat-sendat. Sama halnya orang dagang yang selalu mengambil keuntungan dengan margin tertinggi justeru kalah bersaing dengan pedagang yang mengambil keuntungan dengan margin rendah. Kenapa ? karena hidup itu bukan hanya matematis, ada matematika bumi dan ada matematika langit. Orang yang kekeuh dengan hitungan matematis dalam interaksi social tanpa disadari ia justeru kehilangan peluang non teknis yang nilainya tak terukur secara matematis, yaitu berkah. Berkah adalah terdayagunanya nikmat secara optimal. Dari uang lima juta rupiah misalnya semua terinvestasi tanpa ada sedikitpun kebocoran,sehingga pertumbuhannya konstan. Sedangkan penghasilan yang tidak berkah dapatnya sepertinya banyak,tetapi yang terdayaguna hanya sedikit karena sebagian besar justeru bocor kewilayah-wilayah yang tak diperlukan.

Matematika langit mengajarkan bahwa harta itu anugerah Tuhan. Tuhan menyuruh manusia untuk bekerja keras dan Tuhan akan memberi menurut kehendak Nya sesuai dengan rumus-rumus matematika langit. Zakat misalnya arti bahasanya adalah suci dan tumbuh,artinya orang yang disiplin membayar zakat hartanya menjadi suci (dari sorotan orang miskin) dan hatinya pun menjadi suci (dari keserakahan matematis). Filosofi zakat ialah bahwa di dalam harta si kaya ada hak orang lain (miskin), yang meminta atau yang malu meminta. Jika zakat tak dibayarkan,maka maknanya si kaya memakan hak orang miskin. Zakat diartikan tumbuh artinya harta yang dizakati akan berkembang volume dan maknanya secara sehat. Logiskah ini ?

Tuhan mengajarkan melalui pohon. Pohon yang secara regular digunting ranting dan daunnya ia akan tumbuh berkembang secara indah dan berpola, karena dari ranting yang digunting akan tumbuh daun baru yang segar. Jika pohon itu tak pernah dipotong maka pohon itu terus berkembang tetapi tidak indah, tidak berpola dan bahkan bisa menjadi pohon besar yang angker. Orang kaya yang pemurah biasanya akrab dengan lingkungan, dicintai dan dihormati orang sekeliling. Orang kaya yang kikir seperti pohon yang angker, orang takut mendekat kecuali yang agak bau-bau pedukunan dan setan.

Kearifan Universal dan Kearifan Lokal
Matematika langit banyak sekali mengajarkan logika terbalik. Dari nilai-nilai kearifan local (Jawa) misalnya ada ungkapan; wani ngalah luhur wekasane, orang yang berani mengalah akan terhormat di belakang hari. Kalau menurut matem,atikabumi, mengalah sama saja dengan kalah, berarti lemah . Tetapi menurut matematika langit,mengalah adalah kekuatan,karena hanya orang kuat yang bisa mengalah. Mengalah berbeda dengan kalah, orang yangbisa mengalah biasanya menang dibelakang, orang yang menang-menangan biasanya akhirnya malah kalah. Nah nilai-nilai kearifan universal banyak sekali dijumpai, di ayat kitab suci, hadis maupun maqalah atau kata-kata mutiara. Berikut ini contohnya;

Barang siapa (pemimpin) yang rendah hati, ia akan diangkat martabatnya oleh Tuhan, dan barang siapa (pemimpin) sombong, ia akan dijatuhkan Tuhan (man tawadlo`a rofa`ahulloh, waman takabbaro wadlo`ahullah/hadis nabi)

Cintailah kekasihmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau benci, dan bencilah musuhmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau cintai (al Gazali)

Apa-apa yang kau sukai mungkin berdampak buruk bagimu,dan apa-apa yang kau benci mungkin justeru berdampak positip bagimu (al Qur’an)

Jika engkau duduk di bagian belakang,kemudian orang mempersilahkanmu pindah ke depan, itu lebih baik dibanding jika engkau langsung duduk di bagian depan tetapi kemudian orang datang meminta maaf kepadamu agar pindah ke belakang karena tempat itu sudah disediakan untuk orang lain (Isa al Masih)

Read More
posted by : Mubarok institute
Budaya Politik Dan Politik Berbudaya
Banyak definisi tentang kebudayaan, tetapi saya memilih pandangan yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah konsep, keyakinan, nilai dan norma yang dianut masyarakat yang mempengaruhi perilaku mereka dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya. Disamping sebagai fasilitas, alam adalah tantangan yang harus diatasi. Berbeda dengan hewan, manusia tidak puas hanya dengan apa yang terdapat dalam alam kebendaan. Dengan konsep yang dimiliki manusia berusaha mengolah alam ini , dan dengan kesadaran dan cita-citanya manusia merumuskan apa yang bermakna dan apa yang tidak bermakna dalam kehidupannya. Sekurang-kurangnya ada enam nilai yang amat menentukan wawasan etika dan kepribadian manusia sebagai indifidu maupun sebagai masyarakat, yaitu : ekonomi, solidaritas, agama, seni, kuasa dan teori.

1. Nilai teori. Ketika manusia menentukan dengan obyektip identitas benda-benda atau kejadian-kejadian, maka dalam prosesnya hingga menjadi pengetahuan, manusia mengenal adanya teori yang menjadi konsep dalam proses penilaian atas alam sekitar.

2. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda-benda atau kejadian-kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan hidup. Kombinasi antara nilai teori dan nilai ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek progressip dari kebudayaan.

3. Nilai agama. Ketika manusia menilai suatu rahasia yang menakjubkan dan kebesaran yang menggetarkan dimana di dalamnya ada konsep kekudusan dan ketakziman kepada yang Maha Gaib, maka manusia mengenal nilai agama.

4. Nilai seni. Jika yang dialami itu keindahan dimana ada konsep estetika dalam menilai benda atau kejadian-kejadian, maka manusia mengenal nilai seni. Kombinasi dari nilai agama dan seni yang sama-sama menekankan intuisi, perasaan, dan fantasi disebut aspek ekpressip dari kebudayaan.

5. Nilai kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang lain mengikuti fikiranya, norma-normanya dan kemauan-kemauannya, maka ketika itu manusia mengenal nilai kuasa.
Six. Nilai solidaritas. Tetapi ketika hubungan itu menjelma menjadi cinta, persahabatan dan simpati sesama manusia, menghargai orang lain, dan merasakan kepuasan ketika membantu mereka maka manusia mengenal nilai solidaritas.

6. nilai budaya itu merupakan kristalisasi dari berbagai macam nilai kehidupan, yang selanjutnya menentukan konfigurasi kepribadian dan norma etik individu maupun masyarakat. Nilai apa yang paling dominan pada seseorang atau sekelompok orang, akan menentukan “sosok” mereka sebagai manusia budaya (al insan madaniyyun bi at thab`i). Orang yang lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomi cenderung kurang memperhatikan halal dan haram, orang yang lebih dipengaruhi oleh nilai teori cenderung menjadi ilmuwan, yang lebih dipengaruhi oleh nilai kuasa cenderung tega dan nekad, yang lebih dipengaruhi oleh nilai agama dan seni cenderung menjadi sufi dan seterusnya, sehingga ada sosok orang yang materialis, seniman, pekerja sosial an sebagainya. Bisa juga ada ilmuwan yang mengabdi kepada materi, politisi yang pejuang, ulama yang rasionil, ilmuwan yang mistis dan sebagainya.

Budaya progressip akan mengembangkan cara berfikir ilmiah dan melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan, sedangkan puncak dari budaya ekpressip bermuara pada kepercayaan mitologis dan mistik. Pendukung budaya progressip pada umumnya dinamis dan siap digantikan oleh generasi penerus dengan penemuan-penemuan baru, sedangkan pendukung budaya ekpressip biasanya statis atau tradisional, memandang kebudayaan sebagai sesuatu ang sudah final.

Politik
Politik adalah ekpressi kebudayaan dari nilai kuasa,yakni bagaimana orang atau kelompok orang berusaha agar mereka bisa memimpin orang lain,mengatur orang lain.Puncak kepuasan politikadalah jika berhasil menduduki kursi no 1, atau pemimpin tertinggi sehingga ia merasa bahwa fikirannya,norma-normanya dan kemauan-kemauannya diikuti oleh orang lain, suka ataupun terpaksa. Di mata public, politik selalu dikonotasikan sebagai kelicikian, bermain kotor, persekongkolan, politicking dan sebangsanya, tetapi sesungguhnya itu adalah persepsi dari praktek lapangan,bukan politik sebagai konsep. Secara konsepsional,politik adalah ilmu, game dan seni. Dengan ilmu politik maka konstitusi, struktur politik, dan gagasan politik lainnya bisa terukur,logic, ilmiah dan masuk akal. Politik sebagai game membuat bermain politik seperti benar-benar sedang bermain sehingga mereka tetap riang gembira. Yang memang mendapat aplouse yang kalah malah ikut memberi aplouse. Politik sebagai seni bermakna bahwa perkelahian sekalipun tetap indah ditonton dan indah dirasa, karena perkelahiaanya mengikuti norma yang bermartabat. Tinju adalah seni olah raga keras, tetapi jika berlangsung fair maka yang menonton senang,yang bertinju juga senang, yang menang langsung merangkul yang kalah.

Budaya Politik
Budaya politik yang berlangsung pada suatu bangsa bisa bermartabat,bisa juga tidak. Budaya politik yang berlangsung di negeri yang penuh konflik pada umumnya tidak bermartabat, atau politik yang tidak berbudaya. Politik yang tidak berbudaya itu lebih machiavelis, menghalalkan segala cara, busuk,penuh tipudaya,intimidasi dan terror. Oleh karena itu struktur politik yang dibangun biasanya juga tidak logic, tidak masuk akal karena dibangun semata-mata hanya untuk mengamankan interest politiknya, bukan untuk membangun tatanan masyarakat terhormat. Pengalaman politik bangsa Indonesia, pada generasi awal, yakni generasi Angkatan 45, mereka pada umumnya masih berpolitik dengan budaya, sehingga konflik politik tidak harus diteruskan dengan konflik kemanusiaan. Para pemimpin politik yang berbeda aspirasi politik selalu “berkelahi” di fgorum politik, di Panitia Persiapan Kemerdekaan,kemudian di Konstituante, tetapi di luar majlis mereka bersahabat mesra. Baru di akhir periode Bung Karno ketika koalisi NASAKOMdipaksakan, kelompok Komunis rajin sekali melakukan politicking membuat suasana politik bagaikan bisul yang siap meledak, sehingga pada tahun 65 disebutkan bahwa ibu pertiwi sedang hamil tua. Dari politicking PKI yang tidak bermartabat itulah lahirG.30.S, dan sebagai actor, PKI harus menerima resiko, dibubarkan, dan aktifisnya diburu oleh rakyat,bahkan dihakimi oleh rakyat di jalanan. Pak Harto yang tampil tepat waktu menyelamatkan keadaan, menghela bangsa ini keluar dari krisis, pada mulanya adalah power yang dipandang tepat untuk mengatasi keadaan. Tetapi kelamaan duduk di kursi kepresidenan membuat game politiknya tidak sportif dan seni politiknya lebih bersifat sandiwara, sehingga ilmu politiknya yang sesungguhnya masuk akal dipersepsi sejalan dengan rekayasa politiknya.

Politik Berbudaya
Sesungguhnya di alam bawah sadar para pengusung reformasi, ada motivasi kuat untuk mengubah budaya politik repressip ke politik yang berbudaya, yang bermartabat. Oleh karena itulah maka amandemen dilakukan,banyak paradigma diubah, tatanan diubah. Hanya saja kebencian dan kemarahan yang terlalu besar kepada Pak Harto,Golkar , ABRI dan orde baru,membuat langkah reformasi ini terlalu emosional, kurang konsepsional. Dampaknya sekarang,budaya politik yang berlangsung juga jauh dari harapan mulia reformasi. Kebingungan, jalan buntu dan nyaris frustrasi membayangi kehidupan politik bangsa. Sudah 10 tahun reformasi,kita belum kompak menyusun agenda tujuan, padahal Jepang hanya butuh 15 tahun keluar menjadi pesaing Amerika yang tahun 1945 meluluh lantakkan negeri Sakura itu dengan boom atom. Vietnam yang diluluh lantakkan oleh perang dan pendudukan Amerika,kinipun sudah bangkit. Nampaknya kita harus berani menekan nafsu untuk jangan terlalu menonjolkan nilaikuasa dari budaya kita, tetapi serentak juga mengedepankan nilai siolidaritas, nilai seni,nilai agama.Sedangkan nilai ekonomi dan nilai teori sesungguhnya sudah kita miliki tetapi sayang kita belum bisa konsisten.Mudah-mudahan tidak terlambat.; Wallohu a`lamu bissawab. Lebih jauh tentang politik berbudaya,

Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger