Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Wednesday, May 30, 2007

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Persepsi
Dalam membangun citra, citra individu maupun citra institusi, orang harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, karena orang bukan hanya bisa keliru sensasi tetapi juga bisa keliru persepsi. Ketika orang mempersepsi kita sekurang-kurangnya ada dua hal yang mempengaruhi persepsinya, yaitu faktor situasional dan fak­tor personal.

Faktor situasional yang dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap kita antara lain:
2.1. Cara menyebut sifat orang. Jika kita diperkenalkan sebagai orang yang sedikit ilmunya tetapi banyak amalnya, maka orang akan mempersepsi kita sebagai orang baik (positif), tetapi ketika orang memperkenalkan kita sebagai orang yang banyak amalnya tetapi sayang tidak berilmu, maka citra yang terbangun adalah negatif.
2.2. Jarak; jarak fisik, jarak keakraban, jarak sosial maupun jarak pemikiran. Orang yang bergaul akrab dengan ulama biasanya dipersepsi sebagai ahli agama, yang bergaul akrab dengan koruptor terkenal biasanya dipandang ikut kecipratan, yang banyak ber­hubungan dengan presiden biasanya diangap orang penting, orang yang sering berbicara Marxisme sering dipersepsi sebagai Komunis, dan sebagainya.

2.3. Gerakan tubuh. Berkacak pinggang atau membusungkan dada sering dipersepsi sebagai sombong, menundukkan kepala sering dipersepsi sebagai sopan atau rendah hati, mengangkat muka dipersepsi sebagai berani dan betopang dagu suka dipersepsi sebagai sedih.

2.4. Petunjuk Wajah. Wajah adalah cermin jiwa. Berseri-seri dipersepsi sebagai gembira atau ikhlas, kusut muka sebagai stress. Wajah memang bisa dibaca meski orang bisa tertipu oleh wajah manis hati serigala dan wajah garang hati lembut.
2.5. Cara mengucapkan lambang verbal. Perkataan manis yang diucapkan oleh orang marah bermakna lebih tajam dibanding kata­kata kasar yang diucapkan dengan wajah ceria.

2.6. Penampilan. Penampilan fisik, pakaian, kendaraan, rumah, bisa menggambarkan citra seseorang, tetapi bagi orang yang kredibilitas akhlaknya sudah teruji, penampilan fisik tidak akan merngubah citranya. Dalam hal orang yang sudah dikenal keluhuran akhlak­nya, orang akan melihat siapa yang memakai, bukan apa yang dipakai.

Adapun faktor personal yang mempengaruhi persepsi orang terhadap kita atau sebaliknya adalah pengalaman dan konsep diri. Bagi orang yang telah lama hidup bersama kita, jika dalam hidup kita konsisten dalam kebaikan, maka orang tidak akan percaya terhadap gossip negatip tentang kita. Sebaliknya jika dalam hidup kita yang panjang banyak perilaku buruk yang kita lakukan dan diketahui oleh banyak orang, maka orang tidak akan percaya ketika suatu hari kita berpenampilan sebagai orang 'alim.

Konsep diri juga sangat besar pengaruhnya dalam berkomunikasi. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan orang terhadap diri sendiri. Konsep diri bisa bersifat psikis, fisik dan sosial. Orang yang konsep dirinya positif,1) ia tetap yakin dan percaya diri dalam berkomunikasi sehingga memperteguh citra baik yang telah dimilikinya, sebaliknya orang yang konsep dirinya negatip terlalu memperhitungkan respond orang sehingga kredibilitas dirinya justeru tidak nampak.

Read More
posted by : Mubarok institute
Sistem Komunikasi Inter Personal
Dalam hidup bersosial, manusia saling membutuhkan yang satu dengan yang lain, individu maupun kelompok, dan tak bisa dihindar diantara mereka terjadi hubungan transaksional. Kualitas hubungan seseorang dengan yang lain sangat dipengaruhi oleh citra yang dimiliknya. Jika seseorang citranya baik di mata orang lain maka hubungan interpersonalnya pasti baik, dan dalam keadaan hubungan interpersonal yang baik itulah ditentukan keberhasilan bernegosiasi, berpromosi dan bertransaksi. Oleh karena itu citra merupakan aset yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Citra adalah kesan kuat yang melekat pada banyak orang tentang seseorang, sekelompok orang atau tentang suatu institusi. Seseorang yang secara konsisten dan dalam waktu yang lama berperilaku baik atau berprestasi menonjol maka akan terbangun kesan pada masyarakatnya bahwa orang tersebut adalah sosok orang baik dan hebat. Sebaliknya jika seseorang dalam kurun waktu yang lama menampilkan perilaku yang tidak konsisten, maka akan tertanam kesan buruk orang tersebut di dalam hati masyarakatnya.

Dalam perspektif ini maka citra dapat dibangun. Orang yang ingin memiliki citra baik di dalam keluarganya atau di lingkungannya, maka ia harus bisa menunjukkan sebagai orang baik secara konsisten. Citra atau kesan terbangun melalui proses komunikasi interpersonal dimana orang banyak mempersepsi kepada kita atau sebaliknya. Citra dipersoalkan biasanya hanya pada seseorang yang secara sosial menonjol kedudukannnya. Meski demikian tidak semua perbuatan dipersepsi secara benar, karena persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor.

1. Pijakan Psikologis Hubungan Antar Manusia
Hubungan baik antar manusia, antar individu atau antar institusi tidak terjadi begitu saja tetapi berdasarkan pijakan-pijakan psikologis. Hubungan baik antara ke dua pihak dimungkinkan terjadi manakala diantara mereka terdapat tiga faktor:

1.1. Faktor Percaya. Jika orang lain menaruh rasa hormat kepada kita karena mereka percaya terhadap kredibilitas moral yang kita miliki, maka hubungan antar manusia kita pasti baik, dan hubungan transaksional dengan pihak lain pasti berjalan wajar atau bahkan sangat lancar. Persoalannya ialah bagaimana membangun keper­cayaan itu dan bagaimana memeliharanya. Ada orang yang bekerja keras membangun citra tetapi selalu gagal, sementara ada orang yang citranya mendadak jatuh oleh peristiwa kecil, dan ada orang


yang mesti dilanda oleh peristiwa besar tetapi tidak mempenga­ruhi citra positipnya. Konsistensi termasuk faktor yang dapat membangun citra, sementara inkonsistensi dapat menjatuhkan citra, tetapi inkonsistensi yang konsisten dalam waktu yang lama juga merupakan citra tersendiri.

1.2. Sikap Saling Membantu. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecen­derungan untuk berperilaku terhadap obyek tertentu. Bagaimana sikap seseorang dalam membantu orang lain dapat diketahui melalui konsistensinya dalam menyikapi obyek tertentu dalam kurun waktu yang panjang. Jika kita dikenal memiliki sikap suka membantu orang lain, bukan menjegal atau pura-pura membantu maka hubungan antar manusia kita dengan orang lain akan berjalan baik, yang selanjutnya melancarkan hubungan transaksional. Sikap. relatip menetap dalam diri seseorang, tidak mudah berubah setiap saat, tetapi ia bisa diubah karena sikap itu pada dasarnya lahir dari pengalaman dan belajar.

1.3. Keterbukaan. Keterbukaan sangat besar pengaruhnya dalam menjalin hubungan baik. Orang yang memiliki sifat terbuka adalah orang yang memiliki rasa percaya diri dan kejujuran. Ia tidak khawatir jika pendapatnya, usulannya atau tawarannya ditolak orang karena ia memiliki konsep diri yang positif. Ia juga tidak memiliki agenda tersembunyi (yang jahat) dibalik gagasan dan usulan yang ditawarkan secara terbuka, karena ia memiliki kejujuran. Orang yang berfikir kreatif biasanya terbuka meski dibalik keterbukaannya juga tersembunyi agenda rekayasa sosial (positif) yang menurutnya memang diperlukan. Sikap terbuka harus dibedakan dengan berfikir lugu dan polos, karena yang pertama berkonotasi positif sedang yang kedua berkonotasi agak negatif.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, May 27, 2007

Memori dan Berfikir
3. Memori dan Berfikir

Apa yang ditangkap oleh indera manusia (sensasi) kemudian diubah menjadi informasi (persepsi) selanjutnya disimpan dalam memori (ingatan). Memori adalah suatu sistem yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakannya untuk membimbing perilakunya. Salah satu kelebihan manusia adalah pada kemampuannya menyimpan informasi yang sangat banyak, dalam jangka waktu yang lama dan dapat mengingatnya kembali.

Proses kerja memori melalui tiga tahap: (a) Perekaman; yakni informasi yang berasal dari persepsi dicatat melalui jaringan syaraf, (b) Penyimpanan; informasi itu disimpan dalam bentuk tertentu, di tempat tertentu dan dalam waktu tertentu. Informasi yang ada dalam memori bisa bertambah terns, bisa juga berkembang sendiri (c) Pemanggilan atau mengingat kembali; yakni informasi yang tersimpan itu dapat diingat lagi, baik sekedar terlintas atau memang sengaja di ingat-ingat secara detail karena informasi itu sedang diperlukan. Kapasitas memori tiap orang berbeda-beda, ada yang selalu ingat secara detail apa yang telah dialaminya puluhan tahun sebelumnya, ada yang cepat lupa, ada juga yang jika memorinya mencatat informasi baru maka informasi yang lama terlupakan. Mahasiswi Institut Ilmu Al Qur'an yang salah satu tugasnya adalah menghafal Al Qur'an, ada yang ketika hafal juz dua dan lulus ujian


hafalannya, maka juz pertama mulai terlupakan. Ketika hafal juz tiga dan lulus ujian hafalan juz tersebut, juz dua mulai terlupakan, begitulah seterusnya.
Berfikir adalah satu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Berfikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lamb ang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. Berfikir merupakan proses keempat setelah sensasi, persepsi dan memori, yang mempengaruhi penafsiran terhadap stimuli. Dalam berfikir orang melibatkan sensasi, persepsi dan memori sekaligus.

Dalam kehidupan sehari-hari berfikir diperlukan untuk: (a) memecahkan masalah (problem solving), (b) untuk mengambil suatu keputusan (decision maker), dan (c) untuk melahirkan sesuatu yang baru (creativity). Dalam memecahkan masalah ada orang yang berfikirnya realistis, ada juga yang tidak realistis. Berfikir realistis, disebut juga nalar, dibedakan pada dua metode berfikir, yaitu deduktip dan induktip. Berfikir deduktip artinya mengambil kesimpulan khusus dari pengertian umum. Sebaliknya berfikir induktip itu dimulai dari pernyataan khusus untuk kemudian mengambil kesimpulan umum, atau mengambil kesimpulan umum dari pernyataan khusus.
Disamping kedua metode tersebut masih ada metode lain, yaitu metode berfikir evaluatif, yaitu berfikir kritis, memilah-milah masalah, membuat distingsi dan menilai apakah sesuatu itu baik atau tidak, tepat atau tidak.

Meskipun berfikir kritis dan penggunaan metode berfikir itu merupakan ciri intelektualitas seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang intelek selalu berfikir logis. Dalam kehidupan keseharian terkadang berfikir logis malah menimbulkan kesulitan, sebaliknya dalam keadaan tertentu berfikir tidak logis terkadang lebih praktis dan lebih aman. Di atas tingkat berfikir logis dikenal apa yang disebut berfikir kreatif.

Untuk memecahkan masalah yang dilematis, diperlukan adanya cara berfikir kreatif (creative thinking). Berfikir kreatif adalah berfikir dengan menggunakan metode baru, konsep baru, penemuan barn, paradigma barn dan seni yang bare pula. Urgensi pemikiran kreatif bukan pada kebaruannya tetapi pada relevansinya dengan pemecahan

masalah. Karena kebaruan dan tidak konvensionalnya metode berfikir kreatif, maka orang yang kreatif sering tidak difahami oleh orang kebanyakan, dan tak jarang dianggap aneh atau gila (berfikir gila). Jika dihubungkan dengan tipologi kepemimpinan, ada pemimpin yang lahir pada zamannya dan tepat pada zamannya, ada juga pemimpin suatu zaman tetapi karena terlalu lama duduk di singgasana kepemimpinan sehingga menjadi kedaluwarsa, dan ada pemimpin yang lahir mendahului zamannya. Pemimpin tipe terakhir ini mempunyai fikiran-fikiran yang sangat kreatif sehingga tidak difahami oleh orang sezamannya. Sepeninggal pemimpin itu barulah orang faham bahwa fikiran-fikiran pemimpin yang kontrofersial itu sangat maju dan benar. Orang yang mampu berfikir kreatif pada umumnya memiliki ciri-ciri (a) memiliki kecerdasan diatas rata-rata, (b) memiliki sifat terbuka, dan (c) memiliki sikap yang bebas, otonom dan percaya diri.

Disamping berfikir dikenal juga bertafakkur. Menurut Asfihani, fikiran adalah potensi yang dapat menghubungkan konsep ilmu dengan obyek, sedangkan bertafakkur (merenung) adalah pengembaraan potensi itu mengikuti kapasitas akalnya. Dalam Al Qur'an, orang yang kapasitas akalnya kuat untuk bertafakkur secara benar disebut sebagai kelompok ulul albab (Q/2: 79 dan 197).

Orang yang berakhlak mulia, mempersepsi dan berfikir dipengaruhi oleh sikap konsistensi dalam hal kelurusan, apresiasi dan kontruktif. Oleh karena itu orang berakhlak tidak dipengaruhi buruk sangka dalam mempersepsi, dan berfikir kontruktif dalam berkreasi, serta adil proporsional dalam meluruskan sesuatu. Konsistensi ini akan meringankan fikiran, karena memorinya menyimpan informasi yang tersusun rapi, satu hal yang membuatnya tidak mengalami konflik batin.

Read More
posted by : Mubarok institute

Friday, May 25, 2007

Manfaat Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan orang lain. Dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lain, manusia tunduk kepada sistem komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal. Sebagai makhluk psikologis manusia bukan hanya memotret yang tampak, tetapi juga mempersepsi yang tampak dengan perangkat kejiwaannya sehingga performance seseorang tidak hanya difahami dari yang nampak, tetapi juga dari yang di duga berada dibalik yang tampak. Orang kebanyakan, memang suka menempatkan penampilan luar sebagai ukuran, tetapi bagi orang yang terpelajar dan beradab, yang paling utama dari kualitas manusia adalah kredibilitas akhlaknya, kredibilitas moralnya, dan ukuran itulah yang diperhitungkan dalam transaksi sosial. Kredibilitas akhlak yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi kekuatan yang sangat kuat dalam bernegosiasi dengan orang lain dalam berbagai urusan.

A. SISTEM KOMUNIKASI INTRA PERSONAL
Ketika seorang pemimpin partai berkata kepada publik dengan perkataan, saya ini orang yang jujur dan tak pernah berdusta, maka publik tidak akan begitu saja menyimpulkan bahwa tokoh partai itu orang jujur, karena manusia bukan kaset rekaman yang merekam setiap suara yang didengar. Suatu informasi diterima oleh manusia melalui pentahapan: (1) penerimaan stimulus; kata-kata didengar dan


orang yang berkata dilihat. (2) pengolahan informasi; apa yang didengar dihubungkan dengan siapa yang berkata, perkataan sekarang dihubungkan dengan perkataan hari-hari sebelumnya, perkataan dia dihubungkan dengan perkataan orang lain, dst, barulah perkataan tokoh partai itu disimpulkan menjadi informasi, sesuai dengan persepsinya. (3) penyimpanan informasi, apa yang telah disimpulkan menjadi informasi itu kemudian disimpan dalam memorinya, dan (4) menghasilkan kembali suatu informasi. Ketika orang bermaksud merespon penyataan pemimpin partai tersebut, maka ia harus berfikir apa sebaiknya, mana yang lebih tepat, apa implikasinya dan seterusnya yang dalam proses itu melahirkan informasi bare tentang pemimpin partai itu. Pesan yang sama diberi makna berbeda oleh orang yang berbeda dan disikapi secara berbeda oleh orang yang berbeda-beda pula.

Menurut Psikologi Komunikasi, proses penerimaan informasi itu meliputi Sensasi, Persepsi, Memori dan Berfikir.

1. Sensasi
Dari segi bahasa, sensasi berasal dari kata sense yang artinya alat penginderaan, yang menghubiungkan organisme dengan lingkungan. Dalam Psikologi Komunikasi, yang dimaksud dengan sensasi adalah proses menangkap stimuli (rangsang). Ketika dua orang sedang berkomunikasi, maka masing-masing dapat melihat fisiknya dengan penglihatan, mendengar suaranya dengan pendengaran, mencium harum parfum yang dipakai dengan penciumannya dan merasakan kehalusan kulitnya ketika bersalaman. Seluruh yang ditangkap oleh indera tersebut disebut stimuli atau rangsang. Terkadang orang dapat menerima dua stimuli sekaligus, misalnya ketika anda sedang menonton TV (stimuli ekternal), datang pula stimuli dari dalam, yaitu ingatan kepada orang tua di kampung yang sedang menderita sakit dan menunggu kedatangan anda.

Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh kapasitas alat indera yang berbeda, dan oleh pengalaman atau lingkungan yang berbeda. Masakan yang dirasa sangat pedas oleh lidah orang Yogya terasa biasabiasa saja oleh lidah orang Minang. Sebaliknya kata-kata keras yang dirasa sopan-sopan saja oleh orang Medan dirasa sangat mengganggu oleh telinga orang Jawa.

2. Persepsi
Persepsi adalah proses memberi makna kepada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi adalah proses mengubah sensasi menjadi informasi. Ketika anda mendengar orang berkata silat, padahal is berkata salat, maka anda keliru sensasi, tetapi ketika anda memuji kekasih anda dengan perkataan, engkau adalah wanita tercantik di dunia, tetapi kekasih anda merasa disindir dengan perkataan itu, maka kekasih anda disebut keliru persepsi. Kekeliruan sensasi juga dapat menyebabkan kekeliruan persepsi.

Persepsi bisa keliru disebabkan oleh berbagai faktor; personal, situasional, fungsional maupun struktural. Diantara faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap persepsi adalah perhatian, konsep fungsional dan konsep struktural.

2.1. Perhatian
Perhatian adalah proses mental di mana kesadaran terhadap suatu stimuli lebih menonjol, dan pada saat yang sama kesadaran terhadap stimuli yang lain melemah. Sebagai contoh, ketika perhatian masyarakat terpusat kepada apa yang diduga sebagai korupsi dari presiden sekarang, maka perhatian kepada korupsi orang lain yang justeru lebih besar menjadi melemah. Atau ketika seorang penonton bioskop perhatiannya tercurah kepada adegan film di layar, maka perhatian kepada penonton di sekelilingnya yang justeru lebih dekat menjadi lemah. Perhatian sangat besar pengaruhnya dalam persepsi hingga berlaku ungkapan semut di tengah laut kelhatan jelas (karena perhatian), sementara gajah di pelupuk mata tidak tampak (karena tidak ada perhatian). Bagi orang yang bermaksud menarik perhatian orang lain perlu diketahui bahwa perhatian itu bisa datang dari luar dan bisa datang dari dalam. Faktor luar (ekternal) yang secara psikologis bisa menjadi penarik perhatian (attention getter) biasanya disebabkan karena stimuli itu mempunyai sifat yang menonjol dibanding stimuli yang lain, misalnya yang bergerak meski kecil lebih menarik perhatian dibanding yang diam meski besar, atau karena ada unsur

kontras, misalnya suara yang lebih keras dibanding suara yang lain, secercah cahaya di tengah kegelapan, sesuatu yang baru di tengah hal-hal lama, atau sesuatu yang dilihat atau di dengar secara berulang-ulang dalam waktu lama sehingga menjadi akrab dengan telinga dan mata.

Adapun faktor internal yang mempengaruhi perhatian adalah faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Orang lapar lebih tertarik perhatiannya kepada makanan, orang haus lebih tertarik perhatiannya kepada minuman dan orang yang sedang rindu isteri karena isterinya berada di tempat yang jauh lebih tertarik perhatiannya kepada wanita (faktor biologis). Sementara itu ketika sebuah rombongan meninjau korban gempa bumi Bengkulu misalnya, ternyata dokter, dokter hewan, ulama, pendidik, politisi dan pengusaha, pusat perhatiannya berbeda-beda sesuai dengan sosiopsikologis mereka.

2.2. Faktor Fungsional dan Struktural
Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi antara lain faktor kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya. Orang yang sedang haus terkadang mempersepsi air accu sebagai botol minuman, pengemis mempersepsi uang lima ribuan sebagai sangat besar, tetapi orang kaya mempersepsinya sebagai recehan. Orang yang sedang dalam suasana emosional marah, terkadang mempersepsi pemberian sebagai penghinaan, orang yang sedang berada dalam suasana perang terkadang mempersepsi seekor binatang yang lewat sebagai musuh yang hams ditembak. Bagi kaum selebritis, mobil adalah gengsi, tetapi bagi orang biasa, mobil lebih dipersepsi sebagai alat angkut.

Faktor struktural yang mempengaruhi persespi ialah bahwa bila seseorang mempersepsi sesuatu, maka ia mempersepsinya sebagai sesuatu secara keseluruhan, bukan bagian-bagian. Ketika kita melihat wajah cantik, maka yang dipersepsi bukan hanya wajahnya, tetapi keseluruhan tubuh pemilik wajah itu. Ketika seorang kyai 'alim dijumpai memakai baju tambalan, ia dipersepsi sebagai orang sederhana (positif), tetapi ketika yang memakainya itu seniman, ia dipersepsi sebagai nyentrik (netral), dan ketika yang

memakai penjahat, maka ia dipersepsi sebagai gembel (negatif). Orang yang dekat dengan ulama sering dipersepsi sebagai orang alim, yang dekat dengan penguasa dipersepsi sebagai orang penting, dan yang dekat dengan koruptor dipersepsi sebagai antekantek. Bagi seorang dosen, buku dan beras sama-sama dipersepsi sebagai kebutuhan pokok, tetapi bagi buruh tarsi, buku tidak masuk dalam struktur kebutuhan.
Demikianlah proses psikologis persepsi. Tidak semua kebaikan dipersepsi sebagai kebaikan, tetapi seseorang dapat mempertimbangkan hal-hal yang memungkinkan orang lain mempersepsinya secara keliru. Kredibilitas akhlak seseorang akan sangat besar peranannya dalam membangun persepsi orang lain kepadanya.



Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, May 22, 2007

Keburuntungan Dan Hoki
Peluang berbeda dengan nasib. Dua orang yang memiliki peluang sana belum tentu nasibnya sama. Banyak faktor yang menjadi penentu keberhasilan, ada faktor dibawah kendali dan ada faktor diluar kendali. Teori sederhana mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual (IQ) seseorang, semakin tinggi pula peluang mencapai keberhasilan. Akan tetpi penelitian menunjukkan bahwa banyak orang yang memiliki IQ sangat tinggi justru bekerja dibawah perusahaan yang dipimpin oleh orang yang IQ-nya sedang-sedang saja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional ( EQ ) lebih signifikan menentukan keberhasilan dibandingkan IQ. mengapa ? karena hukum logika tidak selamanya relefan dengan problem solving. Carut marut masalah sering tidak mengikuti prinsip - prinsip logika, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan lain. Diantara pendekatan lain yang relefan dengan problem solving dari keruwetan adalah kearifan dan kesabaran.

Kearifan berasal dari kata arab arofa- ma'rifat-arifin-ma'ruf. yang mengandung arti bukan hanya tahu tapi juga mengenal. orang arif bukan hanya tahu masalah, tetapi juga mengenali karakterristik masalah, sehingga problem solving dengan pendekatan kearifan melahirkan penyelesaikan yang tuntas, bisa dipahami oleh semua pihak, bukan hanya logis. Hal-hal yang logis sering tidak bisa difahami oleh pihak yang kalah. Orang arif sering sengaja mengalah demi memperoleh kemenangan yang sesungguhnya, bukan kemenangan yang formal.

Kesabaran atau sabar mempunyai devinisi yaitu: tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Jadi sabar itu ada batasnya dan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Orang yang selalu ingat tujuan biasanya mampu bersabar, sementara orang yang lupa tujuan sering mengerjakan hal-hal yang justru membuat tujuan semakin susah dicapai. Sabar bukan kelemahan, tetapi kekuatan menahan hal-hal yang tidak disukai hingga tujuan tercapai. Sabar itu pahit tetapi buahnya manis. Bertindak reaksioner mengikuti hawa nafsu sepertinya memuaskan, tetapi buahnya pahit.

Kunci keberhasilan Menurut Versi Hadist Nabi

Kata nabi Muhamad SAW, Semua orang muslim berpotensi mengalami kegagalan, kecuali yang beriman. Semua yang beriman juga berpotensi mengalami kegagalan, kecuali yang membuktikan imannya dengan amal perbuatan. Tapi semua yang beramal juga memiliki potensi kegagalan kecuali yang beramal secara ikhlas. Nah, Ikhlas adalah kunci keberhasilan. Ikhlas adalah sikap tanpa pamrih, pamrihnya hanya kepada Tuhan. Seorang mukhlis mencintai seseorang semata-mata karena Alloh SWT, membenci juga semata-mata karena Alloh SWT, menerima pemberian juga semata-mata karena Alloh SWT, menolak tawaran juga semata-mata karena Alloh SWT.

Orang ikhlas seperti ini (mukhlis) tidak memiliki beban ketika menerima akibat dari sikapnya, akibat nikmat atau akibat derita. Seorang pemimpin yang jujur dan lurus, karena kejujurannya dimusuhi oleh atasannya yang tidak setuju dan akhirnya direkayasa sehingga masuk penjara. Karena keikhlasannya , didalam penjara dia merasa menang, yaitu menang dari godaan tidak jujur. Ia merasa berhasil mempertahankan prinsip kebenarannya.

Didalam penjara dia mengadu kepada Alloh SWT, robbi assijnu ahabbu ilayya, "Ya Alloh penjara lebih aku sukai daripada aku harus bersekongkol dengan ketidakjujuran." Ketika waktu bergulir dan tiba saatnya kebenarannya terbuka, atasannya masuk penjara dan ia dikeluarkan. Nah, ketika itulah ia bertakbir mengagungkan Alloh SWT. mensyukuri keadilanNya. Sekali lagi ia merasa berhasil.


Kunci Keberhasilan Menurut Versi Surah Wal' Asr

Al-Qur'an surat Al-"Asr terjemahnya demikian: 1. Demi Masa 'Asr, 2. Sesungguhnya semua manusia dalam posisi rugi, 3. Kecuali mereka yang beriman dan membuktikan Imannya dalam bentuk amal sholeh, serta aktif mengingatkan orang lain tentang kebenaran dan kesabaran.

Asar menurut perkspektif harian adalah saat yang tanggung karena sisa hari yang tinggal sedikit, sudah lelah dan sebentar lagi gelap malam. Asar menurut perspektif umur manusia adalah saat ketika orang sudah melampaui 75% usianya, sudah diusia senja. Asar menurut masa jabatan adalah tahun-tahun terakhir dari masa jabatannya, asar menurut perspektif dunia adalah ketika dunia sudah tua dan manusia hidup dimasa zaman akhir.

Jadi menurut al-quran semua orang pada saat asar itu dalam posisi lebih banyak memiliki banyak potensi kerugian. Apakah semuanya? Tidak. Orang beriman yang mewujudkan imannya dalam karya nyata memiliki kepedulain sosial komitmen moral selalu beruntung. Tidak pernah rugi, meski sudah di sore hari, meski diusia senja, meski di akhir masa jabatannya, meski hidup di akhir zaman.


Keberhasilan menurut versi budaya cina.

Orang Cina mengenal istilah hoki. Hoki adalah semacam nasib baik yang sedang melekat pada seseorang. Orang yang sedang hoki segala langkahnya mengantar pada keberhasilan, bukan karena perhitungan yang cermat atau karena memiliki kekuatan yang tak tertandingi, tapi ya karena hoki itu. Hoki sepertinya tidak rasional. Tapi sesungguhnya dalam konsep budaya, ada infrastruktur yang membuat seseorang ketempatan hoki sehingga ada ungkapan: Pantas orang seperti itu punya hoki.

Kata orang cina, orang jujur belum tentu menang, karena ia bisa dikalahkan orang pandai. Orang pandai juga belum tentu menang, karena ia bisa dikalahkan oleh orang lihai. Orang lihaipun belum tentu bisa menang, karena ia bisa dikalahkan oleh orang licik. Nah, orang licikpun belum tentu berhasil, karena ia bisa dikalahkan oleh orang yang punya hoki. Hanya orang gila yang bisa mengalahkan orang hoki, kata mereka.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, May 15, 2007

Makna Amanah Dalam Konteks Akhlak Bangsa
Dari segi bahasa, amanah ada hubungannya dengan iman dan aman. Artinya sifat amanah itu dasamya haruslah pada keimanan kepada Alloh SWT, dan dampak dari sifat amanah , atau pelaksanaan dari hidup amanah itu akan melahirkan rasa aman, rasa aman bagi yang bersangkutan dan rasa aman bagi orang lain. Seperti yang tersebut di muka, dari Al Qur'an amanah dapat difahami sebagai sikap kepatuhan kepada hukum, tanggung jawab dan sadar atas implikasi dari suatu keputusan. Dalam hadis amanah dapat difahami sebagai titipan dan juga sebagai komitmen. Dalam konteks kehidupan berbangsa amanah artinya semangat kepatuhan kepada hukum, baik hukum Tuhan yang universal maupun hukum positip (nilai maupun bunyinya), bertang­gung jawab kepada Tuhan, negara dan diri sendiri, serta sadar atas implikasi dari suatu keputusan yang mungkin akan menimpa banyak pihak.

1. Amanah Dalam arti Kepatuhan Kepada Hukum
Hukum, baik hukum agama maupun hukum negara dimaksud untuk mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk yang beradab, yang membedakannya dari hewan. Pelaksanaan hukum dimaksud untuk membela manusia agar mereka tetap terhormat sebagai manusia, menjamin agar setiap orang dilindungi hak-haknya dan dijamin keberadaanya di jalan kebenaran dan keadilan. Dengan hukum manusia bisa bergaul, berjuang dan bersaing secara fair sehingga setiap orang berpeluang sama untuk meraih hak-haknya. Penegakan hukum oleh aparat negara akan memberikan rasa aman dan rasa keadilan kepada masyarakat, dan pada gilirannya akan menumbuhkan apresiasi hukum oleh masyarakat. Pada masyarakat yang telah memiliki apresiasi hukum, pelanggaran hukum oleh warga akan menimbulkan gangguan psikologis pada masyarakat. Pengabaian penegakan hukum oleh aparat hukum akan mengusik rasa keadilan masyarakat, yang pada gilirannya akan melahirkan protes atau malah frustrasi sosial yang dapat mengkristal menjadi ledakan sosial.

Pada masyarakat yang paternalis seperti masyarakat Indonesia, contoh kepatuhan kepada hukum oleh elit sosial akan sangat efektif dalam menanamkan kesadaran hukum. Demikian juga penegakan hukum tanpa pandang bulu —terutama kepada kelompok kuat— akan memberikan rasa keadilan dan kedamaian yang luar biasa kepada masyarakat luas. Hadis Nabi mengingatkan bahwa kehancuran suatu bangsa antara lain diakibatkan oleh pelaksanaan hukum yang pilih kasih, jika yang melanggar hukum orang lemah, hukum ditegakkan, tetapi jika pelanggarnya orang kuat, hukum tidak ditegakkan. Nabi menga­takan: Seandainya Fatimah putri Rasul mencuri pasti hukum potong tangan akan dilaksanakan juga.

Masyarakat amanah secara hukum adalah masyarakat yang menjunjung tinggi hukum-hukum yang telah disepakati mengatur kehidupan mereka, mematuhi rambu-rambunya dan menegakkan sanksi hukum atas pelanggarnya. Bangsa yang memegang teguh amanah dalam perspektip hukum adalah bangsa yang mampu mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sistem hukum yang memenuhi rasa keadilan rakyatnya.

2. Amanah Sebagai Titipan
Sesuatu yang dititipkan adalah sesuatu yang penjagaannya dipercayakan kepada orang yang dititipi hingga suatu saat sesuatu itu akan diambil oleh yang menitipkan. Maksud menitipkan adalah agar sesuatu yang dititipkan itu tetap terjaga dan terlindungi keberadaan­nya. Tanggung jawab memelihara sesuatu yang dititipkan itulah yang disebut amanah. Anak adalah amanah Allah kepada orang tuanya dimana orang tua berkewajiban memelihara dan mendidiknya agar anak itu terpelihara dan berkembang potensinya hingga ia kelak men­jadi manusia yang berkualitas sesuai derngan maksud penciptaannya. Isteri adalah amanah Allah kepada suami dimana suami wajib melin­dunginya dari gangguan yang datang, baik gangguan fisik maupun psikis' . Demikian juga suami adalah amanah Allah kepada isteri dimana ia wajib memberikan sesuatu yang membuatnya tenang, tenteram, aman dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya. Demikian seterusnya, mu-rid merupakan amanah bagi guru, jabatan merupakan amanah bagi penyandangnya.

Dalam sebuah hadis tentang perkawinan dinyatakan bahwa seorang wanita menjadi halal digauli oleh lelaki (suaminya) dengan menyebut kalimat Allah, dan si suami mengam­bil oper tanggung jawab atas isterinya dengan amanat Allah (wa akhodztumu hunna bi
amanatillah).

3. Amanah Sebagai Tanggung Jawab
Predikat manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, disamping mengandung makna kewajiban manusia menegakkan hukum Tuhan di muka bumi juga mengandung arti hak manusia mengelola alam sebagai fasilitasnya. Apakah alam, laut, udara dan bumi memberi manfaat kepada manusia atau tidak bergantung kepada kemampuannya mengelola alam ini. Banjir, kekeringan, tandus, polusi dan sebagainya sangat erat dengan kualitas pengelolaan manusia atas alam. Dalam al Qur'an, tegas disebutkan bahwa kerusakan yang nyata-nyata timbul di daratan dan di lautan merupakan dampak dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab(Q/30:41). Demikian juga tidak berfungsinya sumberdaya alam bagi kesejahtreraan hidup manusia merupakan akibat dari perilaku manusia yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (Q/ 7:96) Tanggungjawab artinya, setiap keputusan dan tindakan harus diperhitungkan secara cermat implikasi-implikasi yang timbul bagi kehidupan manusia dengan memaksimalkan kesejahteraan dan meminimalkan mafsadat dan mudharat. Setiap keputusan mengandung implikasi-implikasi positif dan negatif, yang mendatangkan keuntungan dan yang mendatangkan kerugian. Jika peluangnya berimbang, maka mencegah hal yang merusak harus didahulukan atas pertimbangan keuntungan (dar'u al mafasid muqaddamun 'al/1 jalb al masalih). Contohnya: menebang hutan itu mudah dalam menambah keuangan negara, te­tapi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat penebangan hutan lebih berat dan lebih mahal biaya rehabilitasinya dibanding keun­tungan yang diperoleh.

Pejabat publik (Presiden, Gubemur, Menteri dan seterusnya hingga jabatan terendah) adalah pemegang amanah tanggung jawab. Otoritas yang dipegangnya bukan pada aspek kekuasaan, tetapi pada aspek pengelolaan dan pelayanan, sehingga seorang pemimpin disebut sebagai pelayan masyarakat (sayyid al qaumi khodimuhum). Keputusan yang diambil oleh seorang pejabat publik berpeluang untuk menimbulkan implikasi yang luas kepada kehidupan masyarakat luas. Jika kepu­tusannya tepat, maka manfaatnya akan dinikmati oleh banyak orang, tetapi jika keputusannya keliru maka dampak negatipnya hams di­tanggung oleh masyarakat luas. Seorang pejabat publik dituntut untuk memiliki tanggung jawab besar dalam membuat keputusan, yaknimendatangkan sebanyak-banyaknya manfaat bagi masyarakat dan menekan sekecil mungkin resiko yang hams dipikul orang banyak. Tanggung jawab bagi seorang pejabat publik juga berarti ia layak memperoleh pujian dan penghormatan jika pekerjaannya baik, dan sebaliknya ia dapat dikritik, dicaci, dipecat atau bahkan dihukum pen­jara jika keputusarinya keliru. Pemerintah sebagai pemegang Amanah Penderitaan Rakyat artinya Pemerinrtah dibebani tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menghilang­kan penderitaan yang dirasakan oleh rakyatnya.

Read More
posted by : Mubarok institute
Menumbuhkan Budaya Amanah
Dalam Bahasa Arab, kalimat amanah dapat diartikan sebagai titipan, kewajiban, ketenangan, kepercayaan, kejujuran, dan kesetiaan, Dalam al Qur'an amanah disebut dalam beberapa konteks, pertama: sebagai tanggung jawab pengelolaan (Q/33:72), sebagai hutang atau janji yang harus ditunaikan (Q/2:283), sebagai tanggung jawab ke­adilan pemegang kekuasaan (Q/4:58), sebagai kesetiaan kepada tugas yang diemban (Q/8:27), sebagai karakter pribadi yang penuh kejujur­an dan tanggungjawab (Q/23:8). Dalam hadis pernikahan, amanah disebut dalam kontek komitmen suci dalam kontrak perjanjian. Kata dasar amanah mempunyai pertalian dengan kata iman dan aman.


Dari pengertian bahasa dan dari pemahaman tematik al Qur'an dan hadis, amanah dapat difahami sebagai sikap mental yang dida­lamnya terkandung unsur kepatuhan kepada hukum, tanggung jawab kepada tugas, kesetiaan kepada komitmen, keteguhan dalam meme­gang janji, kesucian dalam tekad dan kejujuran kepada diri sendiri. Sikap mental amanah harus berdiri diatas pondasi keimanan, dan dengan itu akan tumbuh rasa aman, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang lain.
Budaya amanah adalah perilaku yang bersendikan kepatuhan kepada moralitas agama, kepada moralitas hukum, tanggung jawab vertikal dan horizontal dan kejujuran kepada diri sendiri, serta keasadaran atas implikasi dari suatu keputusan.

Kebudayaan adalah nilai-nilai, norma dan konsep yang dimiliki masyarakat , yang dijadikan sebagai acuan mereka dalam berkehidupan sehari-hari, menyangkut ekonomi, politik , sosial dan budaya dari suatu masyarakat. Kebudayaan ada yang dianut oleh entitas sosial yang sempit tetapi ada juga kebudayaan yang dianut oleh suatu bangsa dan ada yang dianut oleh masyarakat international.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, etnik, bahasa dan budaya yang kemudian menyatukan diri dalam ikatan kebangsaan dengan tetap menghormati kebudayaan masing-masing, disebut Binneka Tunggal Ika. Dalam perjalanan sejarahnya, komitmen Binneka Tunggal Ika tidak selalu dihormati. Pada masa Orde Baru misalnya kecenderungan Pemerintah untuk menyeragamkan kebu­dayaan bangsa telah meruntuhkan fungsi keragaman budaya sebagai kekuatan persatuan. Akibatnya ketika orde bare tumbang, keragaman budaya yang semula menjadi pemersatu berubah menjadi ancaman disintegrasi.

Ketika bangsa mengalami krisis kepemimpinan nasional, ketika infrastruktur kebudayaan yang konvensional tidak lagi efektip digunakan, ketika semua teori tidak lagi relefan untuk menganalisis persoalan, ketika kebuntuan melanda hampir seluruh saluran peme­cahan masalah, diperlukan satu langkah terobosan yang menyentuh simpul-simpul yang tepat.

Masyarakat Indonesia, betapapun adalah masyarakat yang reli­gious. Telah teruji berkali-kali, setiap kali bangsa berada di tubir kehancuran, kesadaran beragama menyeruak ke atas dengan berbagai simbolnya. Zaman keterbukaan memberi peluang kepada seluruh lapisan masyarakat mengemukakan ekpressi pemikirannya. Situasi ini memberi peluang sifat religiousitas masyarakat untuk bertemu dalam titik kesamaan dengan tetap menghargai perbedaan. Karakteristik amanah adalah satu diantara sedikit hal yang bisa mempersatukan kiblat bangsa, karena amanah bersifat universal. Oleh karena itu mem­bangun kembali bangsa Indonesia dengan membudayakan amanah merupakan gagasan yang sangat relevan.

Proses pembudayaan suatu nilai lazimnya membutuhkan wak­tu yang panjang dan proses yang alami, tetapi dalam keadaan dimana masyarakat dalam keadaan bingung dan membutuhkan alternatif, pembudayaan suatu nilai dapat dilakukan dengan metode Gerakan.

Read More
posted by : Mubarok institute

Friday, May 11, 2007

Pendidikan Akhlak
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati. Manusia tidak ada yang secara tiba-tiba menjadi orang bijak atau tiba­tiba menjadi penjahat besar. Untuk menjadi orang bijak atau menjadi penjahat besar manusia butuh proses yang mengantarnya pada keadaan itu.

Proses itu bisa berwujud dinamika kehidupan, bisa keadaan yang menakjubkan, yang mengecewakan atau yang dirancang untuk membentuk pola-pola perilaku tertentu. Jadi secara teori, manusia bisa dibentuk untuk menjadi orang baik sebagaimana juga bisa dibentuk untuk menjadi orang jahat. Karena akhlak adalah keadaan batin, maka pendidikan akhlak obyeknya adalah batin seseorang. Meski demikian bukan berarti menafikan yang lahir, karena antara lahir dan batin ada hubungan saling mempengaruhi. Orang yang hatinya baik, pada umumnya perilaku lahirnya (sopan santunnya) baik, tetapi tidak semua orang yang memiliki sopan, santun akhlaknya baik.

Penanaman disiplin atau pembiasaan pola tingkahlaku lahir yang baik (sopan santun), pada orang tertentu dapat menjadi proses pembentukan akhlak yang baik, tapi pada orang lain bisa juga menumbuhkan sifat munafik (pura-pura baik). Demikian juga pembiasaan pola tingkahlaku buruk, pada seseorang bisa menjadikannya orang jahat, tetapi pada orang lain mungkin malah akan melahirkan sikap resistensi secara ektrim kepada keburukan. Hal itu disebabkan karena setiap orang sebenarnya memiliki "modal" kepribadian atau kapasitas yang berbeda-beda, ada yang kuat dorongan kebaikannya dan ada yang sebaliknya.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, May 07, 2007

Manajemen Syahwat (2)
Mengendalikan syahwat

Dalam agama Budha dikenal adanya ajaran bagaimana mengendalikan syahwat dengan konsep samsara. Rumusannya adalah sebagai berikut: (Hidup adalah samsara (sengsara/penderitaan), Samsara disebabkan karena adanya keinginan, untuk menghilangkan samsara dilakukan dengan cara meng­hilangkan keinginan, dan untuk menghilangkan keinginan harus mengikuti metode delapan jalan kebenaran, yaitu ; pengertian yang benar, pikiran yang benar, ucapan yang benar, berbuatan yang benar, mata pencaharian yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar dan semedi (perenungan) yang benar.)


Sedangkan dalam Islam metode pengendalikan syahwat, d1lakukan secara sistemik dalam ajaran yang terkemas dalam syari`ah dan akhlak.

1. Pengendalian syahwat seksual dilakukan dengan anjuran menikah, menutup aurat tubuh, larangan pergaulan bebas antar jenis, dan “puasa” (puasa mata, telinga dan perut). Hidup melajang tidak direkomendasi meski hak azasi

2. Pengendalian syahwat perut dilakukan dengan anjuran; jangan makan kecuali lapar dan berhenti makan sebelum kenyang, disamping puasa wajib dan puasa sunat

3. pengendalian syahwat kekayaan dilakukan dengan pola hidup sederhana dan kewajiban membayar zakat, dan anjuran infaq dan sadaqah. Sederhana tidak identik dengan miskin, sederhana adalah mengkonsumsi sesuai dengan standar kebutuhan universal. Jadi orang boleh punya sebanyak-banyaknya tetapi yang dikonsumsi (makanan, pakaian, kendaraan, rumah dsb) adalah sekedar yang dibutuhkan menurut standar kebutuhan uversal. Banyak orang kaya hidupnya sederhana dan tak jarang orang miskin hidup bermewah-mewah.

4. Syahwat politk dikendalikan dengan penekanan bahwa pada hakikatnya seorang pemimpin adalah pelayan dari orang banyak yang dipimpin (sayyid al qaum khodimuhum). Politik adalah medan pengabdian, pemimpin adalah pejuang yang berpegang pada prinsip untuk memberi perlindungan dan kesejahteraan orang banyak yang dipimpin.

5. Syahwat gengsi dikendlikan dengan kesadaran akan fungsi, bahwa mobil adalah alat transportasi, pakaian adalah pelindung badan dan penutup aurat, rumah adalah tempat tinggal dan istirahat, harta adalah alat untuk menggapai keutamaan.


Syahwat dan Hawa Nafsu

Orang tertarik kepada lawan jenis dalah wajar dan tidk tercela. Jika ia men follow up i dengan pendekatan , melamar dan menikah maka itu menjadi keutamaan, menjadi ibadah dan berpahala. Tetapi jika men follow up i dengan merayu, menipu dan memperkosanya atau berzina, maka syahwat itu sudah berubah menjadi apa yang dalam al Qur’an disebut hawa, yang dalam bahasa Indonesia menjadi hawa nafsu.

Demikian juga orang boleh ingin kaya, ingin jadi bupati, anggauta DPR atau bahkan ingin jadi presiden, itu semua adalah syahwat politik yang wajar, manusiawi, dan tidak tercela. Demikian juga orang yang ingin menjadi milyader atau konglomerat, adalah wajar-wajar saja. Dorongan syahwat jika diikuti dengan tetap memperhatikan nilai-nilai moral, maka ia bernilai positip. Nah jika dorongan syahwat dituruti tanpa kendali moral, maka ia berubah menjadi dorongan hawa nafsu yang bersifat destruktip. Ingin kaya dengan cara korupsi atau menipu, ingin menjadi pejabat dengan cara menyuap, nah itu semua ujungnya pasti destruktip.


Watak Hawa nafsu

Syahwat yang terkendali oleh akal sehat dan hati yang bersih, apalagi jika juga didasarkan nurani yang tajam, maka syahwat berfungsi sebagai penggerak tingkah laku atau motiv dan menyuburkan motivasi kea rah keutamaan hidup. Dalam kondisi demikian syahwat seperti energi yang selalu menggerakkan mesin untuk tepap hidup dan hangat. Keseimbangan itu menjadikan orang mampu menekan dorongan syahwat pada saatnya harus ditekan (seperti rem mobil), dan memberinya hak sesuai dengan kadar yang dibutuhkan.

Sedangkan hawa nafsu memiliki tabiat menuntut pemuasan seketika tanpa mempedulikan dampak bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Begitu kuatnya dorongan hawa nafsu, maka al Qur’an mengibaratkan kedudukan hawa nafsu bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya seperti tuhan yang harus disembah (ittakhodza ilahahu hawahu). Pengabdi hawa nafsu akan menuruti apapun perilaku yang harus dikerjakan, betapapun itu menjijikkan. Jika orang memanjakan syahwat dapat terjerumus pada glamourism dan hedonis, maka orang yang selalu mengikuti dorongan hawa nafsunya pasti akan terjerumus pada kriminalitas dan kenistaan.

Read More
posted by : Mubarok institute
Manajemen Syahwat (I)
Bagi orang awam syahwat selalu dikonotasikan dengan seks sehingga orang suka malu jika disebut besar syahwatnya. Sesungguhnya syahwat merupakan salah satu subsistem dalam system kejiwaan (system nafsani) manusia, bersama dengan akal, hati, dan hati nurani. Syahwat itu bersifat fitrah, manusiawi, normal, tidak tercela, bahkan dibutuhkan keberadaannya, sebab jika seseorang sudah tidak memiliki syahwat pasti ia tidak lagi memiliki semangat hidup. Yang diperlakukan adalah kemampuan meminij syahwat sehingga ia terkendali dan menjadi penggerak tingkahlaku secara proporsional. Memang syahwat yang tidak terkendali dapat berubah menjadi hawa (menurut bahasa Indonesia hawa nafsu) yang bersifat destruktip.


Pengertian Syahwat

Kalimat syahwat berasal dari bahasa Arab syahiya-syaha yasyha - syahwatan, secara lughawi berarti menyukai dan menyenangi. Sedangkan pengertian syahwat adalah ke­cenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya; nuzu' an nafs ila ma turiduhu.
Dalam al Qur'an, kata syahwat terkadang dimaksudkan untuk obyek yang diinginkan, tapi di ayat yang lain diguna­kan untuk menyebut potensi keinginan manusia. Syahwat digunakan al Qur'an untuk menyebut hal-hal yang ber­hubungan dengan syahwat seksual, (Q/7:81, Q/27:55), berhubungan dengan mengikuti pendapat orang secara membabibuta (Q/4:27) dan berhubungan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan serta kesenangan (Q/3:14, Q/19:59). Salah satu ayat yang menyebut adanya syahwat pada manusia adalah sbb (terjemahannya).

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). (Q/3:14) Ayat tersebut di atas menyebut syahwat sebagai po­tensi keinginan manusia. Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan kesenangan kepada wanita/lawan jenis (seksual), anak-anak (kebang­gaan), harta kekayaan (kebanggaan, kesombongan dan kemanfaatan), kendaraan yang bagus (kebanggaan, ke­nyamanan dan kemanfaatan), binatang ternak (kesenangan dan kemanfaatan), dan sawah ladang (kesenangan, keman­faatan). Dengan demikian maka kecenderungan manusia kepada kesenangan seksual, harta benda dan kenyamanan, menurut al Qur'an adalah manusiawi.


Jika manusia senang memperoleh hal-hal tersebut di atas, maka sebaliknya kegagalan dalam memperolehnya bagi orang yang sangat menginginkan adalah penderitaan, apalagi jika apa yang sudah dimiliki dan sedang dinikmati tiba-tiba hilang dari tangannya. Bagi orang yang kapasitas jiwanya kecil tidak terpenuhinya dorongan syahwat dapat menggerakkan perilku menyimpang.


Watak Syahwat

Karena syahwat merupakan fitrah manusia dan manusia merasa indah jika syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi penggerak tingkah laku. Jika seseorang sedang lapar atau haus maka tingkahlakunya selalu mengarah kepada tempat dimana dapat diperoleh makanan dan minuman. Jika yang sedang dominant syahwat seksual maka perilakunya juga selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan seksual. Begitulah seterusnya, perilaku manusia sangat dpengaruhi oleh syahwat apa yang sedang dominant dalam dirinya; syahwat seksual, syahwat politik, syahwat pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri , syahwat kelezatan dan lain-lainnya.. Syahwat itu seperti anak-anak, jika dilepas maka ia akan melakukan apa saja tanpa kendali, karena anak-anak hanya mengikuti dorongan kepuasan, belum mengerti tanggung jawab.Jika dididik, jangankan anak-anak binatangpun tingkahlakunya bisa dikendalikan. Syahwat yang dimanjakan akan mendorong pada pola hidup glamour dan hedonis.


Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, May 01, 2007

Ilmu Akhlak
Ilmu Akhlak sering digunakan juga untuk menyebut ethica atau filsafat ethica. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia yang satu terhadap yang lain, menyatakan tujuan dari apa yang dilakukan dan membimbing bagaimana melaksanakan apa yang semestinya dilakukan.

Ethica merupakan cabang dari filsafat, dimana secara epistimologi terdiri dari: (1) Methafisika, (2) Filsafat alam/Cosmology, (3) Ilmu Jiwa/ Psikologi, (4) Logika/Ilmu Mantiq, (5) Ethics, (6) Falsafat Hukum, (7) Sosiologi dan (8) Filsafat Sejarah.
Akan tetapi jika yang dimaksud itu ilmu Akhlak dalam perspektip Epistimologi Islam, maka ia merupakan pembidangan ajaran Islam, Aqidah syari'ah dan Akhlak. Jika etika lebih pada hubungan horizontal antar manusia, maka akhlak menyangkut hubungan vertikal, horizontal dan internal.

Dalam Islam, akhlak merupakan sistem nilai yang merupakan subsistem dari sistem syariah Islam dimana aqidah, syariah (dalam pengertian khusus) dan akhlak menjadi subsistemnya. Oleh karena itu akhlak manusia mencakup hubungannya dengan Tuhan (vertikal), dengan sesama manusia, dengan hewan dan alam (horizontal) dan dengan diri sendiri (internal). Bersyukur dan beribadah adalah wujud akhlak manusia sebagai makhluk kepada Tuhannnya. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, membantu yang lemah adalah wujud dari akhlak manusia kepada sesama manusia. Menyayangi binatang, memelihara habitat binatang, memelihara lingkungan sebagai ekosistem adalah wujud akhlak manusia kepada binatang dan lingkungan. Jujur dan sabar adalah wujud akhlak manusia kepada diri sendiri.

Read More
posted by : Mubarok institute
Sasaran Akhlak
.Sebagaimana telah diterangkan di muka bahwa akhlak bukanlah perbuatan, tetapi keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya perbuatan. Memang antara perbuatan lahir dengan keadaan batin ada hubungannya, maksudnya perbuatan baik biasanya dilakukan oleh orang yang hatinya baik, dan perbuatan jahat biasanya dilakukan oleh orang yang hatinya jahat. Meski demikian, karena menilai ketepatan keadaan batin itu tidak mudah, maka banyak orang terkecoh oleh perbuatan lahir. Penipu biasanya menampilkan diri sebagai orang yang ramah, sopan dan peduli orang lain. Pemeras biasanya memulai dengan menunjukkan kemurahan dalam memberi. Pengkhianat biasanya memulai usahanya dengan rajin bekerja.

Read More
posted by : Mubarok institute
Konsep kebaikan dan keburukan
2. Konsep kebaikan dan keburukan

Ada orang yang memiliki pengertian yang lengkap tentang kebaikan dan keburukan. Ia bisa menerangkan dengan lancar segi-segi dan kriteria-kriteria yang berhubungan dengan kebaikan atau keburukan itu. Tetapi pengertiannnya itu tidak mengantarnya pada perbuatan kongkrit. Pengertiannya tentang kebaikan atau keburukan berhenti pada konsep, sementara perbuatan yang dilakukan sama sekali tidak diilhami oleh pengertiannya tentang kebaikan atau keburukan. Model orang seperti ini biasanya terdapat pada orang intelek yang jahat atau penjahat yang jenius.


3. Pengenalan kepada kebaikan dan keburukan

Kata mengenal mempunyai muatan yang berbeda dengan kata mengetahui. Orang Arab menggunakan kata ma'rifat untuk menyebut pengenalan dan kata 'ilm untuk menyebut pengetahuan, Pengetahuan merupakan aspek kognitip sedangkan pengenalan sudah menyentuh aspek afektip. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu belum tentu memotivisir tingkahlaku yang mendukung pengetahuannya, tetapi orang yang mengenal tentang sesuatu, kalau toh tidak melakukan sesuatu yang sejalan dengan pengenalannya, sekurang-kurangnya ia simpati atau empati terhadapnya. Orang yang memiliki banyak pengetahuan tentang nilai-nilai kebaikan boleh jadi ia bisa menjadi dosen ilmu etika atau menulis buku tentang etika, tetapi belum tentu perbuatannya sesuai dengan pengetahuan yang diajarkan dan ditulisnya. Tetapi orang yang sudah mengenal nilai-nilai kebaikan, ia bukan hanya mengetahui tetapi merasakan makna dari suatu perbuatan baik, dan dapat merasakan penderitaan korban dari perbuatan kejahatan. Orang yang sudah mengenal kebaikan, kalau toh ia belum menjadi orang baik, sekurang-kurangnya ia sudah bercita-cita untuk menjadi orang baik. Ia mau membantu orang lain yang sedang berusaha untuk menjadi orang baik, dan kalau toh ia belum bisa menjadi orang baik, ia selalu menyesali dirinya mengapa ia belum bisa. Ia sudah mencintai kebaikan yang sudah ia kenali meski ia belum bisa memeluknya erat-erat.



4. Kecenderungan Jiwa kepada Kebaikan atau Keburukan

Seseorang pada tingkatan ini, pengetahuan dan pengenalannya terhadap kebaikan dan atau keburukan telah menjadi bagian dari jiwanya, sehingga jika ia orang baik, maka berbuat baik itu sudah merupakan spontanitas, tanpa memikirkan untung rugi dan resikonya. Demikian juga jika ia orang jahat maka berbuat jahat sudah merupakan spontanitas tanpa memikirkan resiko bagi dirinya maupun akibat buruk yang akan menimpa korban kejahatannya. Orang baik pada tingkatan ini alergi kepada perbuatan buruk, sebaliknya orang jahat pada tingkatan ini juga alergi terhadap perbuatan baik. Pada tingkatan inilah seseorang dianggap sudah berakhlak, akhlak baik atau akhlak buruk, karena nilai-nilai kebaikan atau keburukan telah mewarnai keadaan batinnya, keadaan jiwanya.

Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger