
Pada era delapan puluhan, mula-mula dikumandangkan oleh ulama besar Jakarta K.H. Abdullah Syafi‘i melalui suara Radio Dakwah Assyafi’iyyah, kemudian berkumandang hampir pada setiap masjid Jakarta, pembacaan salawat yang dikenal dengan salawat zalimin.
Teks doa salawat itu berbunyi:
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad,
wa asyghiliz dzalimin biz-dzalimin,
wa akhrijna min bainihim salimin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma‘in.
Arti doa salawat itu ialah bermohon kepada Tuhan agar orang-orang zalim disibukkan oleh urusan sesama orang zalim, dan kita bermohon kepada Tuhan agar bisa keluar secara selamat dari jebakan-jebakan orang zalim.
Doa salawat itu dipopulerkan oleh K.H. Abdulah Syafi‘i dalam suasana ketidak mampuan menghadapi manufer orang-orang yang berusaha memasukkan aliran kebatinan ke dalam GBHN, menyetarakan dengan agama.
Nampaknya doa salawat itu lebih tepat dikumandangkan sekarang, ketika anarki bukan hanya berlangsung dari jalanan hingga Senayan, tetapi dunia Barat dibawah pimpinan Amerika Serikat juga melakukan anarki global. Dengan isu terorisme, dunia digiring untuk menghukum siapa saja yang menjadi penghalang negeri adi daya itu, padahal hingga hari ini tidak ada bukti siapa pelaku terorisnya. Bukan rahasia lagi bahwa Amerika membutuhkan jaminan pasokan minyak dunia, karena tanpa minyak, Amerika akan berubah menjadi hutan beton. Setelah runtuhnya Uni Sovyet, Amerika menjadi satu-satunya polisi dunia, oleh karena itu Amerika leluasa melakukan hegemoni dunia.
Dengan rekayasa media, opini publik dunia dibentuk oleh AS sesuai dengan kepentingan nasionalnya, yakni menguasai minyak dunia. Kini giliran Indonesia diluluh lantakkan sendi-sendi kedaulatannya, dan dalam kondisi compang-camping krisis nampaknya Pemerintah sudah tidak punya harga diri untuk bangkit membela kehormatan bangsanya. Banyak petinggi negara secara sadar menservice Amerika dengan pernyataan, data dan akses. Sungguh sangat berbeda dengan Bung Karno yang meski ketika itu negara RI masih sangat miskin, tetapi berani berdiri tegak bahkan berani keluar dari PBB.
Sudah dapat dibayangkan bagaimana dampak pernyataan bahwa —Jama’ah Islamiyah— yang entah ada atau tidak dan entah di mana adanya dinyatakan sebagai teroris oleh PBB, dan tragisnya Pemerintah RI tidak berani untuk abstain sekalipun. Jamaah Islamiyyah adalah nama kumpulan orang Islam yang ada di setiap kampung di dunia Islam, tetapi kelak, setiap yang ada nama jamaahnya atau Islamiyyahnya akan begitu mudah dihubung-hubungkan dengan terorisme international. Umat Islam di dunia telah disandera oleh rekayasa fiktif. Sungguh sangat keji anarki yang dilakukan oleh Amerika, tetapi sudah sepantasnya bahwa bangsa yang tidak punya harga diri seperti kita sekarang sebagaimana dikatakan al Qur’an akan dipermainkan (wa zulzilu (Q/2:214)
Tetapi sesunggguhnya, gerakan anti Islam bukan hal baru.
Sejak zaman Nabi sudah ada kekuatan “global” yang berusaha membungkam kebenaran. Manuver nasional dan global sekarang sebenarnya adalah wujud dari manuver kezaliman. Yang menembak dan yang ditembak keduanya memang zalim. Zalim artinya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, tidak proporsional. Oleh karena itu yang dibutuhkan oleh bangsa dan umat dewasa ini adalah tetap tenang, jangan ikut menari oleh pukulan gendang Amerika. Apalah artinya upacara menangisi korban bom Bali yang kebanyakan orang Australia, tetapi ribuan korban saudara sendiri di Kalimantan, Ambon, Maluku dan Poso tidak menyentuh hati kita.
Kita tidak boleh lupa akan sejarah, siapa di belakang PRRI-Permesta hampir 40 tahun yang lalu. Memang dewasa ini kondisi bangsa dan umat sangat tidak berdaya menghadapi propaganda yang direkayasa sedemikian canggih oleh persekongkolan global, tetapi yakinlah bahwa kebenaran tidak pernah mati, dan kebohongan akan terbongkar. Mereka memang pandai merekayasa makar, tetapi seperti dijanjikan Tuhan, yakinlah bahwa Allah lebih pandai membuat makar, wa makaru wa makarallah, wa Allohu khoir al makirin (Q/3:54). Sejarah juga sudah membuktikan bagaimana kekuatan super power runtuh. Siapa yang menduga bahwa Uni Sovyet akhirnya runtuh setelah dipermalukan oleh negeri miskin dan gerilyawan kecil Mujahidin Afganistan. Untuk itu, mari kita kumandangkan secara nasional salawat:
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad,
wa asyghiliz dzalimin biz-dzalimin,
wa akhrijna min bainihim salimin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma‘in.
Read More