Sunday, October 31, 2010
Sistem Kejiwaan Menurut al Qur’an

Kelima subsistem itu saling berhubungan dalam proses menangkap stimulus, dalam mempersepsi, dalam memanggil memori, dalam berfikir dan dalam mengambil keputusan. Sistem kerjanya sangat sempurna, indah dan sangat menarik. Jika dalam alqur’an manusia (insan) disebutkan sebagai ciptaan yang ahsani taqwim (kontruksi yang sangat indah) maka yang dimaksud adalah kontruksi jiwanya, karena yang dimaksud insan adalah makhluk yang berjiwa, makhluk psikologis, bukan sekedar basyar (fisik manusia).
Jika kita pernah mendengar istilah manajemen qalbu, maka yang dimaksud ialah bahwa sistem nafsani itu bekerja seperti team work dengan kendali manajemen dipegang oleh qalb (hati). Oleh karena itu dikatakan bahwa jika seseorang qalbu (hati) nya baik maka baik pula keseluruhan sistem kerja dirinya, term,asuk perilakunya. Sebaliknya jika hatinya buruk, maka buruk produk kerja jiwanya, yakni fikiran, perasaan dan kehendaknya atau perilakunya secara keseluruhan. Kita juga biasa mengunakan ungkapan; dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu? Untuk menunjuk betapa rumitnya sistem kerja jiwa.
Tentang Qalb
Dalam bahasa Arab, kata al-qalbu diucapkan untuk menyebut jantung, bukan hati, sementara untuk hati disebut al-kabid. Dalam bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan qalbu adalah hati, baik dalam arti maknawi maupun fisik (liver). Secara lughawi, qalbu artinya bolak-balik, merujuk pada sifat hati manusia yang tidak konsisten atau bolak-balik (summiyat al-qalbu qalban litaqallubihi). Dalam al-Qur’an, kata al-qalbu dan qulub digunakan untuk menyebut ruh (QS. 33 : 10), alat untuk memahami (QS. 7 : 179), keberanian (QS. 3 : 126) dan alat ketakutan (QS. 33 : 26).
Dalam perspektif psikologi, qalbun atau kalbu atau hati adalah bagaikan kamar kecil di dalam ruang nafs yang luas. Berbeda dengan nafs yang hanya menampung hal-hal yang sudah tidah disadari, maka memori qalb atau hati menampung hal-hal yang sepenuhnya disadari. Oleh karena itu, apa yang harus dipertanggungjawabkan manusia dihadapan Tuhan-nya adalah dalam hal perbuatan yang didasari oleh hati (QS. 2 : 225) bukan yang berada di dalam memori nafs. Qalbu berhubungan erat denga aktivitas berpikir yang dilakukan oleh akal, sementara nafs lebih berhubungan dengan perasaan.
Hati memang memiliki karakter tidak konsisten (taqallub) berubah-ubah, terkadang bergejolak, terkadang lembut, terkadang benci, lain kali terhanyut oleh perasaan cinta, terkadang merasa yakin, tapi esoknya ragu-ragu. Mesti demikian ia tetap sadar terhadap apa yang diputuskannya. Karena sifatnya yang potensial untuk berubah itulah maka menurut al-qur’an, hati dapat diuji (QS. 49 : 3), dapat diperlonggar dan dipersempit (QS. 6 : 125) dan bahkan bisa ditutup rapat (QS. 2 : 7).. Sebagai instrumen, qalb adalah alat untuk memahami realitas. Hal-hal yang tidak masuk akal, yang tidak logis, bisa difahami oleh hati.
Isi atau kandungan hati sangat banyak, ada; kesombongan, penyakit, rasa takut, getaran, kedamaian, keberanian, cinta, kebaikan, kufur, dengki, iman, kesesatan, penyesalan, panas hati, keraguan dan juga kemunafikan.
Sedangkan potensinya juga banyak; bisa perpaling, kecewa dan kesal, memutuskan, berprasangka, menolak, mengingkari, dapat diuji, dapat ditundukkan, dapat diperluas dan dipersempit, dapat ditutup rapat, tergesa-gesa dan berkeluh kesah.
Read More